BONTANG – Kasus mutasi atlet yang terjadi pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) di Berau beberapa waktu lalu, menjadi evaluasi KONI Kaltim untuk keberlangsungan Porprov tahun 2024 mendatang.
Pasalnya, mutasi atlet sering dilakukan tanpa mengikuti prosedur. Jika didapati hal tersebut di lapangan, nantinya atlet dapat dikenakan pinalti.
“Seperti, atlet renang dari Makassar yang menjadi atlet Berau di Porprov kemarin. Medali emas yang mereka dapatkan akhirnya langsung dibatalkan.” ungkap Rusdiansyah Aras, Ketua umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Mutasi atlet tidak akan dilarang jika sudah melewati prosedur yang ditetapkan, karena sebenarnya, atlet di Kaltim masih kurang.
“Kalau prosedurnya 2 tahun ya diikuti, jangan baru 3 bulan sudah ikut main,” Tegas Rusdiansyah saat ditemui di Musyawarah Olahraga Kota VII KONI Bontang.
Diakui Rusdiyansyah, kesejahteraan atlet masih sangat kurang, karena dari persentase APBN untuk kesejahteraan atlet masih di bawah 1 persen.
“Bisa jadi APBD juga di bawah 1 persen,” tegas Rusdiansyah.
Adapun kesejahteraan atlet yang dilakukan oleh KONI provinsi, berupa asuransi dalam mengikuti perlombaan nasional beserta bonus untuk pelatih dan atlet. Koni Provinsi juga bekerjasama dengan perguruan tinggi, jadi atlet yang memiliki prestasi dapat masuk perguruan tinggi lewat jalur prestasi.
“Sama dengan masuk kepolisian juga bisa jika memiliki prestasi,” lanjutnya
Ia berharap porprov ke depannya dapat berjalan sesuai dengan prosedur, sehingga tidak ada lagi pembatalan pemberian emas kepada pemenang. (sya)