BONTANG – Menjelang Natal dan tahun baru (Nataru), sejumlah harga komoditas pangan di pasar merangkak naik. Yang paling menonjol cabai rawit merah. Kenaikan terpantau terjadi sejak sebulan terakhir. Dari yang hanya Rp 35-40 ribu per kilogram, kini bisa tembus Rp 90 ribu-100 ribu.
“Per minggu selalu naik harganya (cabai rawit merah, Red.) . Setiap tahun menjelang akhir tahun memang seperti itu trennya (kenaikan harga, Red.),” kata Piah, salah satu pedagang sayur mayur di kawasan Pasar Taman Rawa Indah (Tamrin), (7/12/2021).
Seminggu lalu, sambung Piah, harga cabai rawit masih di kisaran Rp 70 ribu per kilogram. Pekan ini sudah tembus Rp 90 ribu. Dia mengaku, jika harga beli dari Samarinda ikut naik, maka harga jualnya pun otomatis ikut naik. Efeknya pembeli jadi makin sedikit. Pembeli juga tidak mau membeli cabai dalam jumlah banyak. “Stoknya akhirnya dikurangi. Daripada banyak yang busuk karena tidak laku,” ucapnya.
Hal senada terjadi di Pasar Telihan. Bahkan di sana, harga cabai rawit tembus Rp 100 ribu per kilogram. Hal tersebut disampaikan salah satu pedagang, Pardi. “Saya juga tidak tahu penyebabnya mengapa bisa naik,” sebutnya.
Pedagang berharap kepada pemkot, segera mencarikan solusi terkait kenaikan harga cabai ini. Sebab jika tidak, kenaikan harga diprediksi masih akan terus berlanjut hingga akhir 2021 atau awal 2022. Dampaknya pembeli protes, sementara penjualan pedagang menjadi tidak stabil. (bms)