spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

PJJ Lagi, Online Lagi, Bagaimana Menjadi Orangtua Super?

Baru beberapa bulan siswa-siswi di Bontang masuk secara offline, Senin (14/2) hari ini para siswa diharuskan pembelajaran jarak jauh (PJJ) lagi, dikarenakan angka terjangkitnya wabah covid semakin naik tajam.

Tak dapat dipungkiri, PJJ yang sudah dijalani hampir selama pandemi memberikan beban mental ke anak dan juga orangtua. Hal tersebut dibuktikan dari salah satu hasil survei Tanoto Foundation yang menunjukkan 56% dari 1.712 orang tua kurang sabar dan jenuh menangani kemampuan dan konsentrasi anak.

Yap, di satu sisi orang tua terpaksa harus membagi konsentrasi pada tiga hal, yakni mengurus pekerjaan rumah (khusus ibu rumah tangga), mengurus pekerjaan kantor yang juga dilakukan dari rumah dan membantu anak belajar daring.

Atas tiga peran yang dilakukan orangtua dalam satu waktu bersamaan, rasa jenuh orangtua dalam menghadapi masa PJJ ini adalah sebuah keniscayaan dan wajar adanya. Mengingat, PJJ ini adalah sebuah hal baru yang harus diterima oleh semua orangtua di masa pandemi saat ini.

Sehingga wajar jika orangtua mengalami stres saat mendampingi anak belajar online, karena bagi orang tua ini bukan hal yang biasa dilakukan. Sama dengan si anak, baginya sekolah online juga bukan hal yang biasa.

Belum lagi, kendala lain seperti materi pelajaran anak yang sulit untuk dipahami. Dalam masa PJJ ini, orang tua tidak hanya diberikan tugas untuk mendampingi anak sekolah daring, tetapi sekaligus juga menjadi guru untuk membantu anak memahami dan mengerjakan tugas dan memahami materinya.

Baca Juga:  Nelayan Perlu BBM, Kemana Dukungan Negara?

Sehingga tidak jarang, kondisi PJJ justru membuat orangtua merasa terbebani, dan anak-anak di rumah terkena dampaknya. Bukan hanya tidak dapat memahami mata pelajaran dengan baik, banyak anak yang mengalami kekerasan fisik atau pun verbal selama melakukan PJJ.

Untuk itulah, sekolah harus memiliki peranan untuk membangun interaksi dan komunikasi yang baik dengan orangtua. Semisal, dengan cara melakukan pertemuan orangtua dengan wali kelas secara rutin setiap bulanan.

Komunikasi ini sangat dibutuhkan orangtua, dan juga guru untuk saling bertukar keluh kesah dan mencari solusi serta masukan atas persoalan yang timbul selama PJJ ini.

Seperti yang telah dilakukan TK Islam Kreatif Salsabila, Smart Shering Orangtua untuk menjalin komunikasi yang baik antar orangtua dan pihak sekolah dalam melakukan pembelajaran selama pandemi.

Nah, ada beberapa kiat untuk orangtua agar tetap sabar mengajari anak selama PJJ berdasarkan pengalaman saya juga beberapa sumber yakni :

  1. 1. Berbagi tugas antara ayah atau ibu, mendampingi sekolah online. Kendati memang berat, namun usahakan orangtua selalu mendampingi anak. Ayah dan ibu bisa membagi tugas pelajaran apa yang akan diajarkan ayah dan yang mana yang akan diajarkan oleh ibu.
  2. Membuat aturan main bersama anak. Ajarkan anak tentang rutinitas, pukul berapa ia harus belajar, pukul berapa dia bermain, dan juga kapan harus mengerjakan tugas dari sekolah. Waktu untuk belajar bersama orangtua juga harus diatur, sehingga tidak akan mengganggu pekerjaan orangtua yang mungkin sekarang sedang bekerja dari rumah. Sepakati waktu bersama dan komitmen menjalaninya.
  3. Memberi anak apresiasi/hadiah untuk anak. Untuk anak usia pra sekolah, TK atau SD kelas rendah tentu mengajak mereka sekolah online dan mengerjakan tugas mungkin menjadi hal yang sulit. Orangtua bisa memberikan apreasiasi/hadiah pada anak bila mereka mampu menyelesaikan tugas dan mengikuti sekolah online hingga waktu yang ditentukan, agar anak lebih bersemangat.
  4. Menurunkan ekspektasi di masa pandemi, rasa stres juga dialami oleh anak. Dimana anak tak bisa bebas bermain dan ruang geraknya tentu dibatasi demi menjaga kesehatan. Karenanya, orangtua diminta untuk tak menekankan pada anak untuk harus berprestasi atau meminta mereka belajar terlalu keras seperti saat sebelum pandemi. Menurunkan ekspektasi juga akan berpengaruh pada penurunan kecemasan orangtua. Hal ini akan berpengaruh pada kesehatan mental orangtua yang akan terjaga dengan baik.
  5. Mengerjakan yang mudah dan yang bisa dikerjakan. Menghadapi materi pengajaran dari sekolah untuk anak yang terkesan menumpuk, akan membuat orangtua kewalahan. Agar tak kesulitan menyelesaikan semua materi sekaligus, orangtua dan anak dihimbau untuk menyelesaikan tugas secara bertahap. Hal ini akan membuat anak dan orangtua terhindar dari kecemasan tugas dan materi yang menumpuk karena kurangnya waktu untuk menyelesaikannya.
  6. Meningkatkan kesabaran dan mengelola emosi yang paling penting dari kesemuanya adalah orangtua dan anak harus sama-sama belajar mengelola emosi. Terutama untuk orangtua yang tak bisa mengelola emosi dengan baik, akan berakibat pada buruknya hubungan orangtua dan anak. Emosi orangtua yang tak terkelola dengan baik akan membuat kita lepas kendali. Hal-hal buruk pun bisa terjadi, seperti mengeluarkan kata-kata kasar yang akan berpengaruh pada psikologis anak dan yang terburuk, kekerasan fisik. Di sisi lain, orangtua juga harus menjadi contoh yang baik bagi anak tentang bagaimana mengelola emosi dengan baik.
Baca Juga:  Pemkot Kerjasama Pengelolaan Sampah dengan Korsel

Semoga kiat ini bisa diterapkan untuk para orang tua hebat kita, betapa pandemi ini mengajarkan kita banyak hal, termasuk menjadi orangtua yang super bagi anak-anaknya. (**)

Catatan: Muthi’ Masfu’ah, A.Md, CN NLP
(Direktur Pelaksana Harian Yayasan RK Salsabila, Ketua Komunitas Guru Kreatif Suka Menulis, Kampung Dongeng Bontang dan Ketua Abi Literasi Kaltim)

Most Popular