BONTANG – Stunting menjadi salah satu permasalahan yang tersorot di Kota Bontang. Dalam debat publik yang dilaksanakan oleh KPU Kota Bontang, Minggu (10/11/24) kemarin paslon 02, Sutomo Jabir-Nasrullah menanggapi bahwa penanganannya perlu melewati beberapa tahap.
“Stunting ini terintergrasi dengan yang lain seperti, ekonomi, pendidikan dan sebagainya,” ujar Sutomo Jabir.
Sehingga saat berbicara terkait kesehatan terdapat tiga tahap, yang pertama adalah tahap edukasi, pemerintah harus terus menggencarkan edukasi kepada masyarakat agar mengetahui bagaimana hidup sehat.
“Kalau perlu mulai dari sekolah-sekolah, karena ini awal mulanya,” terangnya.
Yang kedua adalah preventif, hal ini masuk dalam kegiatan seperti imunisasi, cek berkala dan sebagainya. Dan terakhir adalah kuratif atau pengobatan.
Tahap pertama dan kedua biasanya akan didapatkan di posyandu ataupun puskesmas. Untuk itu pihaknya akan menguatkan peran puskemas maupun posyandu yang ada di Kota Bontang.
Posyandu harus menjadi ujung tombak penangulangan stunting ini, oleh karena itu kader-kader posyandu harus ditingkatkan perannya kemudian diangkat insentifnya supaya bisa mengedukasi dan membantu menanggulangi penyebab stunting.
“Kalau gaji kader posyandu hanya Rp 300 ribu perbulan, bagaimana bisa mereka bekerja dengan sepenuh hati sementara mereka harus seharian bekerja,” katanya.
Untuk itu ia mengungkapkan jika ia dan pasangannya terpilih menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bontang ia akan menaikkan insentif tersebut. Tidak berhenti disitu, adapun fasilitas posyandu masih sangat minim.
Ia mengatakan bahwa stunting tidak hanya masalah kebersihan ataupun nutrisi saja. Tapi bagaimana fasilitator seperti posyandu atau puskesmas belum memiliki fasilitas lengkap untuk melawan stunting itu sendiri.
“Kalau tempatnya tidak sehat, bagaimana kita dapat menciptakan masyarakat yang bebas stunting,” tambahnya.
Penulis: Syakurah
Editor: Yusva Alam