BONTANG – Pemilik toko yang berlokasi di sekitar SPBU mengeluhkan antrean Bahan Bakar Minyak (BBM) akhir-akhir ini yang semakin ‘menggila.’
Keluhan muncul karena berakibat pada penurunan penjualan, hingga menyulitkan akses keluar masuk pembeli maupun pemilik toko sendiri.
Isa, Pemilik Toko Peralatan Olahraga Mega Sport mengeluhkan berkurangnya omzet penjualan. Lantaran saat ini tidak hanya truk-truk yang mengantre solar, tapi mobil pun mulai mengantre Pertalite.
Antrean tersebut menyebabkan tertutupnya akses jalan masuk dan keluar toko. Sehingga para konsumen toko menjadi malas membeli di tokonya, lantaran sulitnya parkir dan akses masuk keluar toko. “Truk itu ukurannya besar. Satu saja yang parkir depan toko sudah tidak ada space (ruang) keluar masuk,” keluh Isa saat dihubungi.
Isa mengungkapkan pula, dampak negatif lain dari antrean BBM, yaitu menimbulkan kemacetan. Karena 2 baris antrean truk dan mobil itu mampu memakan space jalan. Sehingga kendaraan lain yang melintas tidak akan leluasa.
Apalagi seringkali sopir truk ugal-ugalan ketika SPBU sudah dibuka. Para supir ini akan memacu kendaraannya untuk mendapat antrean terdepan. “Rebut-rebutan tempat ini sangat membahayakan pengendara lain yang melintas di jalan,” katanya.
Ditambahkannya, truk-truk tersebut selalu antre jauh sebelum jam buka SPBU. SPBU membuka pengisian solar pukul 14.00 Wita. Tetapi supir truk sudah antre sejak pukul 06.00 Wita.
“Kalau ada antrean Pertalite mereka mulai antre jam 08.30 Wita. Tapi kalau tidak ada antrean Pertalite mulai antre jam 06.00 Wita. Plang larangan parkir yang dipasang pemilik toko itu malah seringkali dipinggirkan oleh sopir, agar mereka bisa tetap parkir,” bebernya.
Sementara itu Otin, Pemilik Toko Bangunan di Jalan Brigjend Katamso juga mengeluhkan hal serupa. Bedanya, Otin lebih mengeluhkan pengantre Pertalite ketimbang solar.
Menurutnya, para pemilik mobil yang antre Pertalite kerap membandel. Tidak bisa dikasih tahu. Plang tulisan dilarang parkir pun tidak diindahkan. Justru mengancam akan melaporkan pemilik toko ke Dinas Perhubungan. “Saya jawab aja plang itu dibuat sudah persetujuan polisi,” keluh Otin.
Katanya lagi, pemilik mobil antre Pertalite itu ternyata tidak cuma sekali antre. Bahkan bisa berkali-kali. “Mereka itu pagi antre, siang antre, malam antre lagi,” bebernya.
Ditambahkannya, truk-truk pengantre solar itu justru kebanyakan plat luar Bontang. Lebih banyak yang dari Sangatta. Truk plat Bontang bisa dihitung dengan jari. “Kalau truk Sangatta ya sebaiknya antre di Sangatta aja, jangan di Bontang. Kalau Cuma truk Bontang yang antre saya rasa tidak akan sepanjang ini,” pungkasnya. (al)