BONTANG – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menjadi masalah serius di Kota Bontang. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bontang, ada sekitar 40 kasus karhutla yang ditangani sepanjang tahun 2024. Salah satu daerah yang paling terdampak adalah Kelurahan Bontang Lestari, yang tercatat menyumbang sekitar 30 kejadian kebakaran lahan.
Kepala BPBD Kota Bontang, Usman, mengungkapkan bahwa selain faktor cuaca kemarau, faktor kesengajaan oleh oknum juga menjadi penyebab utama kebakaran. Menurutnya, musim kemarau sering dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk membuka lahan dengan cara membakar.
“Apalagi musim kemarau sering dimanfaatkan untuk membuka lahan, mereka suka kucing kucingan membakar lalu ditinggal,” ucapnya, Jumat (17/1/2025)
Usman juga menambahkan, meskipun BPBD bekerja sama dengan pihak Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkartan) dalam menangani kasus karhutla, penindakan terhadap pelaku masih sulit dilakukan. Hal ini disebabkan oleh adanya aturan yang memberi legitimasi kepada masyarakat adat untuk membuka lahan dengan cara membakar, dengan batasan luas maksimal 2 hektare.
Aturan ini mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 10 Tahun 2010, yang mengatur mekanisme pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup akibat kebakaran hutan dan/atau lahan.
“Sebenarnya dilema untuk menindak mereka yang membuka lahan, karena ada aturan yang membolehkan. Saat sosialisasi di Balikpapan saya menentang itu, lantaran mekanisme pembakarannya belum jelas,” jelasnya.
Dirinya berharap aturan tersebut bisa diubah pemerintah pusat, ia menilai aturan itu dapat dimanfaatkan pihak yang tak bertanggung jawab yang memanfaatkan masyarakat adat untuk melakukan pembakaran tanpa ada mekanisme yang jelas.
“Kalau kami melakukan penangkapan bisa jadi mereka tidak salah, karena ada hak mereka perkepala keluarga boleh melakukan itu meskipun hanya maksimal 2 hektare, tapi jika merambat ke sebelah itu pasti susah ditangani,” tutupnya.
Penulis: Syakurah
Editor: Nicha R