BONTANG – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga (DP3AKB), menggelar kegiatan pelatihan Tim Pendamping Keluarga (TPK). Kegiatan berlangsung di Ballroom Hotel Sintuk.
Pentingnya dari kegiatan pelatihan ini, menggunakan 8 Modul penting dalam pendampingan keluarga, yang mencakup materi-materi seperti identifikasi keluarga berisiko stunting, edukasi gizi dan pola hidup sehat, pendampingan ibu hamil dan balita, rujukan layanan kesehatan, pencatatan data keluarga sasaran, serta komunikasi efektif dalam pemberdayaan masyarakat.
Kepala DP3AKB Kota Bontang, Edy Foreswanto menyampaikan laporannya, bahwa pelatihan ini menyasar seluruh anggota TPK, mulai dari berbagai kelurahan dan kecamatan di wilayah Kota Bontang.
Menurut Edy, dengan adanya pelatihan ini nantinya bisa menjadi bagian dari penguatan kapasitas teknis TPK, agar mampu melakukan intervensi berbasis data dan menjalin koordinasi lintas sektor secara optimal.
“Dengan adanya pelatihan seperti ini, kami ingin agar TPK bisa lebih terampil dalam melakukan pemetaan masalah, berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan, serta menjadi agen perubahan di komunitas masing-masing,” ucapnya saat memaparkan laporan.
Terlebih lagi di kegiatan ini menjadi bagian dari upaya sistematis Pemerintah Kota (Pemkot), dalam memperkuat strategi penanganan stunting secara terintegrasi, khususnya melalui pendekatan berbasis keluarga.
Kesempatan yang sama, Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni juga menekankan akan pentingnya peran Tim Pendamping Keluarga sebagai ujung tombak, dalam upaya pencegahan dan penurunan stunting di lapangan.
Dirinya menegaskan, bahwa pendekatan langsung kepada keluarga, menjadi salah satu langkah paling efektif dalam membangun kesadaran dan perubahan perilaku yang berkelanjutan.
“Stunting bukan hanya soal gizi, tapi juga menyangkut pola asuh, kesehatan lingkungan, dan akses layanan dasar. Oleh karena itu, peran Tim Pendamping Keluarga menjadi sangat strategis karena merekalah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat,” jelasnya.
Adapun komitmen pemerintah daerah dalam mengatasi stunting, tidak berhenti pada tataran kebijakan semata, tetapi juga diwujudkan dalam bentuk pelatihan, penguatan kapasitas, dan penyediaan sistem pendukung di semua lini, termasuk pada level kelurahan.
“Saya mengajak seluruh pihak untuk menjadikan penanganan stunting sebagai gerakan bersama, yang berkelanjutan. Anak-anak Bontang adalah generasi untuk masa depan, jadi tidak boleh ada anak yang tertinggal hanya karena kita lalai dalam memenuhi hak-haknya sejak dini,” tutupnya.
Penulis: Dwi S
Editor: Yusva Alam