BONTANG – Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bontang terpilih, Neni Moerniaeni dan Agus Haris telah memasuki awal masa jabatannya. Mereka juga telah mulai berkantor sejak Senin (3/3/2025).
Di awal pemerintahannya, Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni melakukan rapat bersama pejabat eselon II terkait visi misi yang akan ia lakukan di awal pemerintahannya. Ia menjelaskan, dengan adanya efisiensi anggaran, Kota Bontang bukan hanya prihatin tapi harus melakukan konsolidasi, bagaimana membangun kota Bontang ini bersama-sama dengan kondisi dana yang ada.
“Sekarang kita harus sesuai dengan inpres nomor 1 yang menerangkan terkait efisiensi, apalagi SPPD, Bimtek, event-event, ATK,” katanya.
Ia menyebutkan, pemkot harus benar-benar melakukan kegiatan yang tepat sasaran bagi masyarakat, karena hingga saat ini Pemerintah Kota Bontang belum mengetahui berapa anggaran yang dipotong dari pemerintah pusat.
Nantinya, di awal masa kerja ini ia akan berkeliling ke kelurahan-kelurahan dan kecamatan, untuk selanjutnya melihat bagaimana situasi di sana, “Kita lakukan pembenahan di tiap-tiap wilayah,” ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa, pemerintahan kini sudah tidak berada di zona nyaman, Pemkot harus melakukan pemaksimalan APBD.
Dari 8 asta cita presiden, Neni menyoroti perlu adanya ekonomi biru yang bersinggungan langsung dengan laut, sementara itu laut di Kota Bontang adalah milik provinsi, untuk itu perlu adanya fokus di urban tourism wisata kota.
“Masjid Terapung kita tuh dirapikan, jalanan masuk masa banyak seng, harusnya jalanan masuk tuh kayak Taj Mahal, orang mau cari Masjid Terapung ya nggak keliatan,” terangnya.
Neni juga menyebutkan, bahwa Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kota Bontang terendah di Kalimantan Timur, SPM sendiri terdiri dari pendidikan, kesehatan, PUPR, trantibmas dan sosial. Padahal hal ini sangatlah dasar.
“SPM kita kalah dari Mahakam Ulu, bisa-bisanya tidak sempat mengupload ke laman Kemendagri,” tuturnya.
Adapun selama Bulan Ramadan, dilaksanakan juga Safari Ramadan yang Neni minta agar para pejabat seperti kepala dinas untuk berkeliling ke masjid-masjid, bahkan kalau bisa menjadi penceramah.
Ia juga mengungkapkan, bahwa masyarakat akan merasa aman dan nyaman jika kebutuhan dasar mereka dipenuhi seperti listrik, air bersih, jalanan yang bagus dan pemberdayaan orang miskin. Untuk itu ia memiliki program yang memberikan uang Rp 300 ribu untuk orang miskin extrem, “Mereka butuh makan,” katanya.
Adapun kenaikan gaji RT yang juga menjadi program mereka, tetap akan ada namun beban RT yang ditambahkan, seperti program tengok tetangga, dimana nantinya para RT diminta untuk menurunkan angka stunting dan angka kematian ibu. Nantinya rumah yang ada ibu hamil akan dipasangi stiker.
Stiker tersebut berisi data terkait hari pertama haid terakhir, taksiran melahirkan dan resiko tingginya apa saja. Kalau kesimpulan dari data itu nantinya berwarna merah, saat ibu hamil akan melahirkan ketua RT harus melaporkan ke Dinas Kesehatan dan nanti akan dijemput oleh mereka ke rumah sakit.
“Stunting kalau jumlahnya banyak, akan hilang satu generasi,” imbuhnya.
Penulis: Syakurah
Editor: Yusva Alam