BONTANG – Harga cabai rawit yan g melonjak di pasaran disebabkan beberapa faktor. Penyebab utamanya, kondisi cuaca yang tidak menentu. Dampak lainnya dari cuaca buruk ini yakni terhambatnya pengiriman pasokan melalui jalur transportasi laut karena gelombang laut yang tinggi.
Hal itu disampaikan Kabid Ketahanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3) Bontang, Debora Kristiani. Belum lama ini, tambahnya, banyak petani tomat dan cabai di daerah pemasok yang mengalami gagal panen akibat curah hujan yang tinggi.
“Di sisi lain daya beli masyarakat menjelang Nataru (Natal dan tahun baru, Red.) juga meningkat. Apalagi sekarang sudah PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, Red.) level satu,” ujar Debora, Kamis (9/12/2021).
Dengan turunnya level PPKM, sambung dia, tentu berdampak pada kebutuhan pangan yang meningkat. Sebab berbagai kegiatan seperti hajatan dan resepsi sudah boleh dilaksanakan. Namun kondisi itu tidak sebanding dengan ketersediaan cabai di pasaran Bontang yang kebanyakan hanya terdiri dari cabai lokal dan cabai dari Samarinda.
Untuk menekan harga tersebut, Pemkot Bontang bakal menggelar operasi pasar murah dengan menggandeng petani lokal. “Rencananya 22 Desember di eks Lapangan MTQ Parikesit,” sebut Debora.
Sebelumnya diberitakan, kenaikan komoditas cabai rawit ini selalu terjadi saat menyambut momen Nataru. Kenaikan harga bisa mencapai Rp 100 ribu per kilogram, dari yang biasanya hanya Rp 70 ribu. Kondisi itu berdampak pada menurunnya pembelian cabai akibat pembeli tidak mau memborong dalam jumlah banyak. (bms)