BONTANG – Permasalahan yang terjadi dalam skala nasional Indonesia menyebutkan bahwa, pasien yang datang dengan kanker payudara biasanya sudah memasuki setidaknya stadium tiga.
Dokter Sub Spesialis Bedah Onkologi RSUD Bontang, dr.Johan Gomar Gama, SP.B. (K) Onk menyebutkan, bahwa mereka rata-rata datang ke dokter saat kondisi sudah cukup parah, antara stadium tiga atau stadium empat.
“Pasien rata-rata datang dengan kondisi yang sudah sulit untuk ditangani dengan baik, sekitar 70 persen datang dengan kondisi itu,” ujarnya.
Ia memberikan perbandingan antara Indonesia dengan luar negeri yang lebih aware terhadap diri sendiri, mereka yang datang terlambat hanya berkisar 20 hingga 30 persen. Karena pengobatan kanker sendiri akan makin maksimal jika dilakukan saat tingkat kanker masih sangat rendah.
“Semakin awal pengobatan, semakin cepat untuk ditangani,” pungkasnya.
Dr Johan menyebutkan beberapa faktor yang menjadikan masyarakat Indonesia terlambat melakukan pengobatan. Pertama yakni kurang awas, bisa jadi mereka tidak merasa dan tidak sadar bahwa terdapat benjolan di payudaranya, saat sudah satu atau dua tahun mereka baru sadar karena sudah membesar dan barulah datang ke dokter.
“Padahal benjolan tidak serta merta tiba-tiba besar,” katanya.
Kedua, rasa takut, masyarakat kita masih takut untuk berobat, bahkan takut dinyatakan jika memiliki kanker, takut dioperasi, takut dikemoterapi, “Mereka biasa dengar dari tetangga atau orang lain, jangan berobat ini itu, malah pengobatan alternatif yang lebih dipercaya, pas makin parah baru ke dokter,” pungkasnya.
Untuk itu ia menjelaskan, bahwa perhatian terhadap diri sendiri harus ditingkatkan, adapun ilmu-ilmu dasar soal kesehatan terutama pengecekan dini untuk kanker payudara bagi perempuan harus dipelajari. Karena semakin cepat menyadari bahwa kita memiliki suatu penyakit akan semakin mudah pula penyembuhannya.
Penulis: Syakurah
Editor: Yusva Alam