BONTANG – Dalam konferensi pers pra launching implementasi inovasi Wolbachia untuk Kota Bontang, Jumat (1/9/23) di Public Safety Center, dijabarkan bagaimana Wolbachia dapat bekerja untuk mengurangi Demam Berdarah Dengue (DBD).
Epidemiolog Ahli Muda, Adi Permana menjelaskan, Wolbachia adalah bakteri alami yang dapat ditemukan pada 70 persen spesies serangga, di antaranya lalat buat, lebah, kupu-kupu, dan lain-lain. Bakteri ini bukan bakteri baru, dan mungkin saja secara tidak sengaja kita sudah ‘makan’ bakteri ini.
Bakteri ini aman untuk manusia, sehingga manusia tidak mungkin terinfeksi. Hal ini sudah diriset Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, yang telah melakukan analisis risiko melibatkan 24 ahli independen berbagai latar belakang keahlian dari berbagai institusi pendidikan ternama di Indonesia pada tahun 2016.
Wolbachia inangnya memang pada serangga, oleh sebab itu dalam tubuh manusia dia tidak bisa bertahan.
”Bakteri tersebut diekstraksi dan disuntikkan ke telur nyamuk. Pengerjaannya waktu itu dilakukan di salah satu universitas di Australia,” jelasnya.
Kemudian mereka bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) Indonesia, dan berlanjutlah kegiatan tersebut di Indonesia. Setelah bakteri Wolbachia berhasil diinjeksikan ke telur nyamuk, maka selanjutnya secara turun temurun bateri tersebut akan ada di nyamuk khususnya Aedes Aegypti.
Selanjutnya telur nyamuk Aedes Aegypti tadi dikirim dari Balai Besar Penelitian dan pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga ke Bontang. Telur berkembang biak secara alami menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk betina berwolbachia yang selanjutnya bisa disebut nyamuk baik, kawin dengan nyamuk jantan akan menghasilkan telur nyamuk berwolbachia.
“Nyamuk-nyamuk dewasa berwolbachia atau nyamuk baik itu nanti yang diharapkan terus berkembang biak. Diharapkan nantinya seluruh nyamuk Aedes Aegypti di Bontang mengandung wolbachia,” bebernya.
Dalam pengembangbiakan tersebut nantinya, akan ada kader-kader yang ditunjuk oleh kelurahan untuk meletakkan ember yang diisi telur nyamuk Aedes aegypti yang berwolbachia. Kemudian tiap dua minggu sekali akan berkeliling mengganti air dalam ember tersebut, dan memastikan nyamuknya menetas. Karena nyamuk berwolbachia berumur pendek, sehingga setelah menetas dan terbang ia harus segera kawin dan menyebarkan bakteri Wolbachia tersebut.
Perlu dukungan dari seluruh pihak pemerintah, lintas sektor, perusahaan, dan utamanya masyarakat, untuk dapat menjadi lokasi atau penitipan ember-ember penetasan nyamuk berwolbachia tersebut.
”Sebelum launching beberapa tahapan kegiatan sudah dilakukan di antaranya sosialisasi tingkat kecamatan dan kelurahan, pre OJT Koordinator Lapangan (Korlap), dan OJT Sosialisasi Implementasi Tingkat Kecamatan,” imbuhnya.
Setelah launching akan dilanjutkan dengan OJT korlap dan Kader, pemetaan lokasi penitipan ember nyamuk baik, dan rilis telur-telur nyamuk berwolbachia. Rilis tahap awal atau tahap I di 6 kelurahan dijadwalkan minggu ke-4 September 2023. Tahap selanjutnya akhir Desember 2023.
Prosesnya penyebaran dinilai cukup panjang, penyebaran nyamuknya kurang lebih 6 bulan, mengembangbiakkan secara alami nyamuk baik atau nyamuk berwolbachia. Diharapkan dalam satu tahun ke depan jumlah populasi nyamuk baik atau nyamuk wolbachianya sudah mencapai 80% dari populasi nyamuk Aedes aegypti di Bontang.
Hasil implementasi inovasi wolbachia di Kota Jogjakarta dan Kabupaten Bantul selama periode 2017-2020 mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77% dan menurunkan angka pasien dirawat hingga 86%.
Isnadhon Sokeh dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Wilker Bontang menjelaskan, akan ada identifikasi dari jentik atau nyamuk dewasa yang sudah menyebar di lingkungan Kota Bontang yang sudah diberikan ember jentik tersebut, tim tersebut nantinya akan memilah mana nyamuk yang Aedes aegypti dan bukan juga mana yang betina maupun jantan.
Nantinya nyamuk terpilih akan dikirim ke laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) di Banjarbaru untuk diperiksa.
“Nanti dengan pemeriksaan tersebut akan kita lihat apakah terdapat Wolbachia di dalamnya atau tidak, sehingga kita mengetahui efektivitas selama program ini berjalan,” ujarnya
Penulis: Syakurah
Editor: Yusva Alam