BONTANG – SDIT Cahaya Fikri menjadi salahsatu sekolah yang melarang permainan lato-lato di sekolah. Lantaran permainan itu dianggap menganggu proses belajar mengajar.
Nina Risdiana, Kepala Sekolah SDIT Cahay Fikri menjelaskan, sebenarnya pihak sekolah justru mengapresiasi positif permainan ini. Pasalnya, memainkan lato-lato dianggap mampu melatih syaraf motorik anak. Ditambah lagi dapat menjauhkan dari gadget.
“Masalahnya adalah seharusnya saat memainkannya anak-anak harus tahu waktu dan tempat. Karena suara keras yang dihasilkan itu dapat menganggu proses belajar,” kata Nina saat ditemui Radarbontang.com di sekolah, Kamis (12/1/2023).
Selain mengganggu proses belajar mengajar, pihak sekolah mengkhawatirkan terjadi hal-hal yang tak diinginkan dari permainan ini. Semisal terkena kepala atau pecahan bolanya dapat terkena mata yang menyebabkan luka.
Ditambahkannya, larangan membawa mainan itu sudah tertuang dalam aturan yang tertera di buku penghubung setiap murid. Mainan diperbolehkan di sesi-sesi pelajaran bermain, seperti classmeeting atau outdoor.
“Kalau pas waktunya pelajaran yang ada unsur bermainnya silahkan membawa,” ujarnya.
Karena itu pasca liburan sekolah kemarin, sekolah menegaskan kepada murid-murid dan orangtua murid terkait larangan membawa lato-lato ke sekolah. Sosialisasi itu disampaikan langsung ke siswa maupun ke orangtua siswa melalui grup Whatsapp khusus orangtua siswa.
“Kalau ketahuan bawa kami sita. Pulang sekolah kami kembalikan. Kalau besoknya masih ketahuan bawa lagi, kami panggil orangtuanya untuk mengingatkan,” beber Nina.
Diceritakannya, salahsatu contoh terganggunya proses belajar mengajar karena lato-lato ini saat pelajaran menghapal AlQuran. Di saat ada yang sedang setoran surat, murid yang lain bermain lato-lato. Bunyinya mengganggu konsentrasi murid yang sedang setoran hapalan.
“Pernah terjadi itu, lato-lato dimainkan pas kelas hapalan AlQuran. Suara lato-latonya jelas menganggu yang lain sedang setoran ataupun konsentrasi menghapal,” pungkasnya. (al)