“Tami mana, Tami mana…?” teriak mamah panik mencariku.
“Tadi main depan TV Mah, sekarang aku juga gak lihat Mah,” suara kak Mia ikut panik. Mereka bergegas berlari mengelilingi rumah mencariku.
Aku tersenyum, juga sahabatku duduk dibawah pohon jambu tua depan rumah.
Aku juga tak mengerti mengapa mamah juga kak Mia tak melihatku, padahal aku duduk di bawah pohon dekat rumah. Bahkan pernah aku berteriak, bahwa aku berada disini, mamah dan kak Mia tidak mendengarnya.
Bila mamah dan kak Mia mulai membacakan ayat Kursi, entah mengapa sahabatku lenyap dari balik pohon jambu dan aku mulai tampak di mata mamah dan kak Mia.
Biasanya mamah dan Kak Mia memelukku erat dan menangis, menanyakan aku kemana saja. Aku tak mengerti, padahal aku tak kemana-mana, hanya duduk di bawah pohon jampu… bersama sahabatku.
Selang 20 tahun berlalu baru aku sadari, sejak kecil aku sering melihat makhluk halus di sekitarku… termasuk sahabatku yang tinggal di pohon jambu tua itu, yang telah hidup ratusan tahun lalu.
Namun kemampuan itu telah menghilang, ketika aku mulai mengenal sholat dan menjalankan sholat 5 waktu rutin ketika masuk di jenjang SD saat berusia 8 tahun. Tapi kenangan menyeramkan itu, hingga aku ingat sampai saat ini.
Yap, saat ini pun setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri dan lebih dekat dengan Nya.
***
Suara HP ku bordering lagi, saat aku mulai memasukkan angka-angka ke dalam data pekerjaan rutinku. “Kok HP nya berdering terus Tami? Gak diangkat? Andi telp?” Tanya sahabatku yang duduk tepat di depanku.
“Bukan Andi…” aku berkata nyaris bergumam.
“Terus siapa tuh, sepekan ini telponnya gak berhenti-berhenti…” tanya sahabatku penasaran.
Aku menghela nafas… apa yang terjadi denganku sepekan ini… Kadang aku tidak memahaminya. Padahal 2 pekan lagi aku akan menikah dengan Andi. Lelaki sholeh yang melamarku pekan kemarin. Dan sahabatku, Lina sangat mendukung pernikahanku.
Mungkin karena ia ikutan pusing, mendengar curhatku yang sering diganggu lelaki entah darimana dan bagaimana bentuk godaan itu. Lina sahabatku yang telah berkeluarga dan memiliki 1 buah hati ini, khawatir kalau aku tak segera menikah, padahal lho usiaku baru 21 tahun, baru juga lulus kuliah, baru juga bekerja di kantor ini. Lina sama halnya mamah juga kak Mia. Sangat mengkhawatirkan aku…Aku menghela nafas… ingat kejadian subuh tadi…
Saat mandi subuh tadi, ada keganjilan yang aku rasakan, yaitu di atas genting kamar mandi yang terbuat dari seng seperti ada air mengalir padahal hari itu tidaklah hujan. seperti ada sesuatu yang merasuk ke dalam, membuatku resah sepanjang hari ini.
***
Esoknya keanehan terjadi lagi…
Saat berada di rumah dan sendirian, sekitar pukul 8 malam, saat mamah dan kak Mia belanja sembako ke swalayan dekat rumah. Saat aku ingin menuju ke kamar kecil, ada seperti angin besar akan masuk di belakangku, tapi tidak bisa lalu menuju ke samping dan menghilang.
Entah kenapa malamnya, aku sulit untuk tidur, padahal jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Yang lain sudah tertidur lelap, entah kenapa ada perasaan yang kuat, aku ingin sekali bercermin dan cermin itu diarahkan ke pintu kamar, apa yang terjadi? Saya melihat wajah yang tak asing, wajah teman baruku yang baru akukenal sepekan ini… lelaki it uterus mengejarku, tapi wajah itu berubah… sangar, menyeramkan… berpakaian compang camping, kain yang sangat lusuh melihat ke arahku tajam… Seram sekali.. Nafasku sesak… aku terjatuh dan tak ingat apa-apa lagi.
Aku mendengar suara mamah dan kak Mia nyaris bercampur dengan tangisan, memanggil namaku… Aku seolah tak mendengar… duduk terdiam dan memiliki seekor kucing betina, kucing tersebut selalu berada di atas meja dan dia melihat seisi rumahku dengan tatapan sedih. Saat aku hendak ke kamar mandi dan mencuci tangan, kucing saya seolah memberitahuku untuk melihat ke kamar mandi, ternyata ada sekelebat bayangan hitam yang lewat.
Tatapanku datar… masih terdengar suara mamah dan kak Mia… tapi aku tak berdaya, Tiba-tiba aku melihat ke arah dapur… Minyak goreng berada di tengah tiba-tiba jatuh dan mengotori lantai rumah, padahal letak botol minyak itu tidaklah dalam keadaan miring.
Aku tersadar, mamah membacakan ayat kursi sambil memelukku. Kak Mia menggengam tanganku yang dingin…
“Nak sudah sepekan seperti ini. Adakah yang bisa diceritakan Mamah apa yang terjadi…” suara mamah gemetar, menahan tangisnya. Tiba-tiba aku teringat sebuah mukena pemberian teman baruku, sebagai ucapan terima kasihnya, karena membantunya mengedit naskah dan memberi masukan atas beberapa rekaman ceramahnya.
Entah mengapa aku menunjuk mukena itu kepada mamah, dan aku cerita pada mamah sepekan ini kejadian aneh bertubi-tubi menggangguku… Membuyarkan semua kosentrasiku dan membuat aku terasa sangat was-was.
***
Saat jelang siang, aku masih asyik mengerjakan pekerjaan kantor bersama Lina sahabatku. HPku berdering lagi… Aku lemes sekali… Pasti dari teman baruku itu… Mengapa ia terus mengejarku… dan aku selalu ingat padanya.. aku sudah berusaha mengelak, menolak… tapi ia selalu mengusikku..
“Biar aku yang angkat,” Lina mengambil HP ku di atas meja yang sedari tadi berdering.
Ketika Lina membuka isi pesan wa nya… Beberapa pesan baru masuk tak berhenti… rupanya teman baruku itu mengirimkan bebetapa fotonya. Lina melarangku untuk melihat, lalu Lina menghapus dan langsung memblokirnya nomor wa nya.
“Aku merasa ada yang aneh semenjak Tami kenal orang baru itu, dan aku melihat foto-fotonya mengandung sesuatu, ada sihir yang ia kirim,“ Lina cemas dan terus berkata.
“Kejadian ini persis seperti keluargaku. Sebaiknya Tami segera rukyah untuk mengusir gangguan-gangguan ini. Apalagi sekarang Tami sering melihat hal-hal yang tak wajar.”
“Lin… tiba-tiba kepalaku pusing sekali… “ Aku memegang kepalaku yang tiba-tiba sakit.
Lina segera menggenggap tanganku yang berubah dingin. Membacakan beberapa surat pendek dan ayat kursi ke telingaku.
Entahlah mengapa jadi seperti ini… aku memang memiliki riwayat penyakit punggung , tapi jarang kambuh. Untuk pertama kalinya, penyakit yang aku rasakan aneh, tiba-tiba sembuh total dan tiba-tiba punggung saya rasanya sakit sekali. Seperti ada beban yang sangat berat berada di atas punggungku. Saat aku bergerak sakitnya luar biasa. Aku sekuat tenaga beristigfar… tiada kekuatan di atas kekautan Allah dan aku memotivasi diri, “Aku kuat, kuat, bisa dan bisa melawan semuanya.” Kejadian ini membuat aku yakin dan semakin dekat dengan Allah… karena hanya Allah yang bisa menolongku.
***
“Adek kita rukyah ya, harus yakin semua gangguan apapun akan hilang lenyap atas izin Allah,” suara teduh calon suamiku yang duduk bersebelahan dengan mamah, kak Mia dan Lina sahabatku. Wajah mereka nampak cemas, melihat diriku yang semakin pucat dan sering pingsan.
Ketiak beberapa ayat dibacakan saat rukyah, tubuhku bergetar , kesemutan di ujung-ujung badan/persendian, sakit kepala yang amat sangat, sesak nafas ketika terus dibacakan ayat-ayat ruqyah… sakit di lambung ketika meminum air ruqyah dan bahkan aku muntah-muntah…
Mamah membantuku, memegang lembut kepalaku dan menggenggam tanganku… Ia tak rela aku seperti ini… Ia sangat mencemaskanku…
“Ada yang diberikan sesuatu dari orang yang adik baru kenal?” tiba-tiba Andi bertanya halus padaku.
Aku terdiam mencoba mengingat…. Selain rekaman beberapa ceramah teman baruku… Ya, ada sebuah mukena putih darinya. Kak Mia mengambilnya dari dalam lemari.
Ketika Andi mengambil mukena itu dari kak Mia, lalu membacakan beberapa ayat… Lina sahabatku jatuh pingsan… dan ia tak sadarkan diri… ia kerasukan jin… ia marah-marah karena telah diusik… dan jin itu adalah penghuni mukena pemberian teman baruku… yang memiliki tugas menggangguku… Menggagalkan pernikahanku…
Allah… aku terus beristigfar… Andi membacakan beberapa ayat untuk merukyah Lina. Mamah dan kak Mia memegangi tangan Lina… Saat Lina sadar, ia langsung memelukku… mengatakan apa yang ia rasakan…
Allah telah menolong kami semua… juga meniolongku… sepekan ini memberikan pelajar berharga dariku… agar aku lebih berhati-hati dengan semua orang… dan lebih dekat dengan Nya. Karena pertolongan dan benteng kekuatan diri hanya dari Nya.
Aku masih duduk terdiam dan terus beristigfar… Menatap Andi di luar rumah yang membakar mukena yang berpenghuni itu. Tidak ada yang mengangka, mukena yang seharusnya dijadikan alat untuk ibadah, dijadikan perantara untuk menggangguku. Allah..
Tak lama.. Mamah berkata, pernikahanku akan segera dipercepat agat tidak ada lagi yang menggangguku… aku mengangguk setuju… Aku yakin Andi adalah sosok yang tepat pilihan Allah juga mamah, yang bisa menjagaku dan mengajak aku lebih dekat dengan Allah..
Angin berhembus pelan sore itu… Aku merasakan damai, beban dan kekhawatiran, was-was itu telah hilang… Allah telah menolongku… Allah telah meolongku lagi..
***