BONTANG – Pemkot Bontang bersama dengan Tim Project Identification Survey (PIS) Provinsi Jeju, Korea Selatan bekerjasama pengelolaan sampah di Kota Bontang, Rabu (13/9/2023) di Pendopo Rujab Wali Kota.
Wali Kota Bontang, Basri Rase mengatakan, penanganan sampah di Bontang membutuhkan program pengelolaan yang komprehensif dan terpadu, karena tumpukan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sudah harus dikendalikan.
“Sampah di Kota Bontang mencapai 80 ton lebih pertahunnya,” ujarnya.
Berdasarkan perhitungan penumpukan sampah perhari serta luas lahan TPA, diperkirakan umur TPA tidak sampai lima tahun. Oleh sebab itu, perlu adanya inovasi pengolahan sampah di perkotaan.
Hasil dari kunjungan lapangan tim dari Jeju nantinya diharapkan, dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan, sehingga sampah yang dihasilkan hanya ditimbun.
Inovasi tersebut berupa pemilahan dan pengolahan sampah berdasarkan jenisnya. Seperti program Waste to Energy untuk pengolahan sampah organik menjadi listrik. Listrik yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk mendukung fasilitas umum di lokasi sekitar.
Kemudian, program Waste to Wealth untuk pengolahan sampah anorganik menjadi berbagai produk bernilai guna, yang dapat meningkatkan perekonomian pengelola sampah.
Lalu, pengolahan residu dengan proses insinerasi yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA.
Terakhir program pengembangan RDF (Refused Derived Fuel), untuk menjadikan sampah sebagai salah satu sumber substitusi bahan bakar sebagian untuk co-firing pembangkit listrik dan boiler.
Direktur Jeju Internasional Development Cooperation Center (JIDCC), Eui-chul Shin mengatakan, bahwa sistem pengolahan sampah yang sudah dilakukan di Jeju sejak 2005 lalu dinilai berhasil, sehingga kota Bontang dipilih untuk melaksanakan program yang sama.
Apabila Kota Bontang memenuhi kriteria, maka Bontang akan menerima bantuan dana hibah sebesar 10 juta US Dollar, untuk biaya pengembangan pengelolaan sampah.
“Biaya ini terbilang kecil, karena itu bukan hanya untuk pembelian alat pelaksananya, tapi kita akan mulai dari pendidikan anak-anak di sekolah,” jelasnya.
Di Jeju sendiri tidak serta merta hanya memberikan edukasi kepada warga dalam waktu singkat kemudian di terapkan, namun dengan pembentukan kebiasaan sejak dini di sekolah, tentu diharapkan akan berhasil walaupun tidak bisa dalam waktu yang singkat.
Pun begitu, saat tim Jeju datang ke Bontang, ia mengapresiasi tidak adanya sampah yang berserakan di jalanan.
“Sejak kemarin kami di sini tidak ada sampah yang berserakan, saya kagum,” ucapnya.
Penulis: Syakurah
Editor: Yusva Alam