BANYUWANGI – Perusahaan Daerah Aneka Usaha Jaya (Perusda AUJ) Bontang telah menginvestasikan Rp 4 miliar untuk perbaikan Kapal Motor (KM) Bontang Express II jenis Ro-Ro.
Investasi ini terbukti membuahkan hasil positif dan mendapat apresiasi dari Wakil Wali Kota (Wawali) Bontang, Najirah. Wawali meninjau langsung kondisi kapal di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, bersama Direktur AUJ, Rahman Ukas, dan beberapa direksi lainnya, pada Kamis (31/8) sore.
Dalam wawacara video call (vidcall) dengan Media Kaltim, Najirah mengungkapkan kepuasannya. “Saya awalnya mengira, kapal ini tinggal dijual kiloan saja. Namun, kondisinya sangat bagus. Ini bisa meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah),” ujar Wawali yang mencoba perjalanan menggunakan Kapal RoRo dari Pelabuhan Gilimanuk Bali ke Pelabuhan Ketapang.
Performa Kapal Meningkat Drastis
Setelah beroperasi selama satu bulan setengah sejak 16 Juli 2023, kapal ini menunjukkan performa yang memuaskan. “Ada sekitar 50 kendaraan kecil, truk, dan bus yang menggunakan layanan ini,” kata Najirah.
Kapal ini beroperasi 24 jam dengan 15 kali perjalanan sehari. “Tujuh kali dari Gilimanuk ke Ketapang dan delapan kali dari Ketapang ke Gilimanuk,” ucapnya.
Dengan performa kapal yang membaik, Najirah optimistis Kapal RoRo ini akan berkontribusi signifikan terhadap PAD. “Kami akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan potensi PAD yang bisa dihasilkan,” tambahnya.
Sementara Rahman Ukas, Direktur Perusda AUJ, menekankan pentingnya regulasi dan manajemen yang baik dalam menjaga aset ini. “Tugas kami adalah mengamankan dan meningkatkan manajemen aset,” kata Rahman.
PT Bontang Transport, sebagai anak perusahaan dari Perusda AUJ, bertanggung jawab atas operasional kapal RoRo ini. Menurut Kepala Cabang PT Bontang Transport di Banyuwangi, Dwi Harnoko, kapal ini telah mengalami beberapa audit dan perbaikan besar-besaran mulai Maret hingga Juli 2023. Dia perkirakan perbaikannya telah menelan anggaran Rp 4 miliar.
“Kami bahkan memanggil lembaga audit independen Bureau Veritas (BV) dari Perancis untuk memastikan kapal ini layak operasi,” ujarnya.
Dari hasil audit oleh BV, kapal ini sebelumnya dinyatakan tidak layak operasi. Namun, setelah perbaikan, kapal ini telah memperoleh sertifikat standar minimum (SPM) dari perhubungan darat dan izin operasi selama 5 tahun. “Ada beberapa temuan minor yang sudah kami tangani. Seperti lampu di kamar mandi dan kran air yang rusak,” kata Dwi Harnoko.
Untuk memastikan kondisi kapal tetap optimal, akan dilakukan perawatan setiap tiga bulan sekali. “Kami juga berencana melakukan audit internal lagi,” tutup Dwi Harnoko.
Dwi juga memproyeksi bahwa jika kapal ini beroperasi dengan lancar selama 1-2 tahun dan telah berkontribusi terhadap PAD, maka ia menyarankan untuk investasi kapal baru.
Penulis: Agus Susanto
Editor: Yusva Alam