KUKAR — PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), menegaskan komitmennya dalam mendorong penanganan obyektif atas kejadian gagal panen kerang darah yang terjadi di wilayah Muara Badak, Kutai Kartanegara (Kukar).
Perusahaan juga menyatakan bahwa hasil investigasi yang telah dirilis belum cukup kuat untuk mengaitkan aktivitas pengeboran sumur PHSS dengan insiden tersebut.
“Kami prihatin atas kejadian gagal panen kerang darah yang terjadi pada musim hujan ini. Namun, setelah menelaah dokumen investigasi dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Mulawarman, kami menilai hasilnya belum konklusif,” ujar Dony Indrawan, Manager Communication Relations & CID PHI, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (30/4).
Dokumen yang dimaksud mencakup analisis lingkungan (indeks saprobik), pengamatan dan analisis jaringan (histopatologis), serta pelacakan polutan menggunakan isotop stabil δ13C.
Namun, menurut Dony, rangkaian hasil tersebut belum cukup membuktikan adanya keterkaitan langsung antara kegiatan operasional PHSS dan gagalnya panen kerang darah.
“Perusahaan mendukung langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dalam menindaklanjuti laporan masyarakat. Namun, penting untuk memastikan bahwa penanganan kejadian yang berjalan tetap obyektif,” lanjutnya.
PHSS menyatakan akan terus membuka ruang koordinasi dengan pemerintah daerah dan seluruh pihak berwenang. Perusahaan juga mengimbau masyarakat dan pemangku kepentingan untuk menjaga situasi yang kondusif demi penyelesaian yang terbaik bagi semua pihak.
“Kami berharap semua pihak dapat menghormati proses yang sedang berlangsung dan tetap menjaga keamanan fasilitas produksi migas sebagai objek vital nasional, yang berperan penting dalam mendukung ketahanan energi nasional sesuai visi pembangunan Asta Cita pemerintah,” pungkas Dony. (rls)
Editor: Agus Susanto