BONTANG –Yayasan TK Plus Al Muhajirin, Loktuan mengaku bingung, lantaran tidak memiliki lokasi permanen untuk tempat belajar mengajar. Hal itu terungkap saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I DPRD Bontang bersama Disdikbud serta Yayasan TK Plus Al Muhajirin, Loktuan, Selasa (21/11/2023).
Raking, Ketua Komisi I DPRD Bontang menjelaskan, dari keluhan disampaikan yayasan dan para tenaga pendidik, maka diadakan rapat bersama guna membahas jalan keluar dari permasalahan ini.
“Kami kasih solusi supaya bisa menggunakan Balai Pertemuan Umum (BPU) di selambai, dengan pendekatan persuasif kepada masyarakat sekitar, agar tidak ada salah paham dan lebih jelas nantinya,” ucapnya.
Mukrim, perwakilan yayasan mengatakan, sejak Masjid Terapung mulai digunakan, pihaknya tidak lagi memiliki tempat untuk belajar mengajar.
“Sebelumnya, kami bergabung dengan Masjid Al-Muhajirin, akan tetapi setelah dibongkar kami sudah berpindah-pindah tempat, sehingga sampai saat ini kami tidak memiliki tempat yang tetap,” paparnya.
Dari pihak yayasan pun telah mengajukan surat ke pengurus Masjid Terapung, agar diperbolehkan menggunakan kembali masjid tersebut. Namun, permohonan tersebut tidak dikabulkan lantaran lokasi masjid yang berada di atas laut, dianggap sangat membahayakan bagi para peserta didik.
Di sisi lain pun jarak toilet yang sangat jauh, khawatir bakal mengganggu pengunjung masjid.
“Jika permasalahan masjid di atas laut sebenarnya sangat kurang masuk akal, karena anak-anak ini anak Selambai, hari-harinya bertempat tinggal di atas laut,” bebernya.
Di kesempatan yang sama, Widya, Kepala Seksi Kelurahan Loktuan menyatakan, kalau kelurahan telah memberikan solusi dengan memanfaatkan gedung perpustakaan milik kelurahan Loktuan.
“Sudah kami sampaikan, bisa menggunakan fasilitas perpustakaan, namun kondisinya saat ini sedang renovasi. Kemungkinan hal itu yang membuat pihak yayasan menolak, karena dinilai cukup membahayakan anak-anak,” tutupnya.
Penulis: Dwi S
Editor: Yusva Alam