BONTANG – Musibah banjir karena air laut yang pasang (rob) di wilayah pesisir Bontang masih terjadi. Bahkan Minggu (6/12/2021) petang, ketinggian air mencapai 60 sentimeter atau setengah meter lebih. Pasang air laut itu yang tertinggi pada akhir tahun ini. Hal ini dibuktikan dari sejumlah wilayah yang sebelumnya tidak terdampak, kini luapan air sampai masuk ke rumah mereka.
“Sudah empat tahun saya tinggal di sini, baru kali ini airnya masuk sampai rumah. Biasanya hanya sampai di jalan depan rumah,” ujar Dewa, warga Perumahan Villa R4 RT 09, Kelurahan Bontang Kuala.
Karena tak ada persiapan, sambung Dewa, dia bersama keluarganya kalang kabut mengevakuasi barang-barang di dalam rumah agar tidak terendam banjir. “Beruntung setelah Isya banjirnya sudah mulai surut. Jadi di dalam rumah tidak terendam sampai malam. Walaupun jalanan di luar rumah masih cukup tinggi,” bebernya.
Kondisi ini dibenarkan Lurah Bontang Kuala, Suiza Ixan Saputro. Kata dia, seluruh wilayah di Bontang Kuala baik di darat maupun di laut, terdampak banjir musiman itu. Hari itu katanya, memang puncak kenaikan air laut dibandingkan hari-hari lain. “Rencana banjir ini masih berlanjut satu hingga dua hari ke depan. Kami masih terus siaga,” ucapnya.
Bahkan, lanjut Suiza, pelaksanaan pesta adat di Bontang Kuala pada Minggu (5/12/2021) sore terpaksa ditunda hingga kondisi surut. Termasuk jalan utama menuju Bontang Kuala yang biasa dilalui kendaraan, bisa dilalui kapal ketinting. Berbagai upaya yang dilakukan kelurahan seperti turun langsung memonitor kondisi wilayah bersama ketua RT setempat.
Termasuk mengusahakan bantuan nasi bungkus kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dan perusahaan-perusahaan. “Upaya ke depan kami akan memberikan edukasi terkait mitigasi bencana bagi warga terdampak banjir rob,” jelasnya.
Di lokasi berbeda, tepatnya di RT 08 Kelurahan Bontang Baru, Wakil Wali Kota (Wawali) Najirah turut meninjau permukiman warga yang terdampak banjir rob. Kehadiran orang nomor dua di jajaran Pemkot Bontang itu juga sekaligus mendengarkan keluhan dan aspirasi masyarakat setempat. Di antaranya drainase yang kecil, sehingga saluran pembungan air yang tidak maksimal.
“Nanti kami minta dinas terkait membenahi saluran drainasenya. Sekaligus kami akan berkoordinasi dengan lintas OPD (Organisasi Perangkat Daerah, Red.) untuk bersama-sama mencari akar penyelesaian masalahnya,” pungkas Najirah. (bms)