JAKARTA – PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) punya terobosan inovasi dalam pengolahan limbah plastik PET (Polyethylene terephthalate) yang dibuat menjadi bahan Aspal Beton Ramah Lingkungan atau disebut Green Asphalt. Inovasi pengelolaan limbah Green Asphalt sebagai salah satu upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle) ini telah dikembangkan PKT sejak 2020.
Hingga kini, PKT telah mereduksi sekitar 650 kilogram sampah plastik menjadi bahan campuran Green Asphalt yang telah digunakan di beberapa sarana dan prasarana jalan di area PKT seperti untuk perumahan dan jalan industri. Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi menegaskan inovasi ini sejalan dengan visi Kementerian LHK mengenai peta penanganan sampah melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali dengan prinsip ekonomi sirkular.
“Inovasi ini kami terus kembangkan untuk menjawab tantangan pengelolaan limbah plastik PET yang terdiri dari kemasan-kemasan bahan baku dan produk perusahaan, agar dapat memiliki nilai guna tambahan. Salah satunya, adalah alih fungsi limbah plastik sebagai bahan campuran untuk infrastruktur jalan. Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan peran perusahaan dalam sustainable mobility, dimana Green Asphalt menjadi solusi produk sipil ramah lingkungan yang turut meningkatkan kualitas infrastruktur jalan untuk sarana transportasi penghubung,” ujarnya dalam
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut total sampah nasional pada 2021 mencapai 68,5 juta ton dengan 17% atau sekitar 11,6 juta ton merupakan sampah plastik. Sampah plastik dianggap memiliki berbagai dampak negatif mulai dari pencemaran lingkungan, kesehatan dan membuat tanah tidak subur, sehingga sampah plastik menjadi soalan utama dalam pengolahan limbah.
Lebih lanjut Rahmad menjelaskan tujuan utama dari inovasi Green Asphalt memanfaatkan limbah plastik PET agar diolah menjadi campuran penguat aspal beton untuk infrastruktur jalanan. PET bekas akan dikumpulkan dan diproduksi melalui proses Asphalt Mixing Plant (AMP). Setelah disortir dan dilebur limbah plastik dicampurkan dengan bahan agregat (campuran) yang telah dipanaskan sampai suhu tertentu melalui pengujian laboratorium dengan komposisi sebesar 6%.
Material yang sudah jadi akan digunakan sebagai bahan pengisi rongga campuran lapisan aspal beton, Campuran aspal dengan PET pun telah diuji dapat meningkatkan nilai stabilitas aspal beton dari yang semula hanya berkisar 660 kg menjadi rata-rata 1.560 kg dan persentase Void in Mix (rongga dalam campuran beton) dari yang semula 5,78% turun menjadi rata-rata 4,43% atau menjadi semakin padat. Lewat inovasi Green Asphalt, lanjut Rahmad, PKT dapat meminimalisir pencemaran limbah plastik dan menurunkan intensitas pemeliharaan jalan karena kualitas aspal meningkat.
Dalam menjalankannya, PKT turut bekerja sama dengan rekanan kerja perusahaan untuk memproses pengolahan Green Asphalt, perusahaan tersebut antara lain PT Wijaya Karya Pratama sebagai pelaksana proyek yang berlokasi di Bontang Utara, dan Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda untuk melakukan serangkaian pengujian yang diperlukan untuk implementasi program tersebut.
“Green Asphalt saat ini sudah dalam tahap aplikasi berkelanjutan pada perbaikan jalan yang berada di kawasan PKT dan terus dilakukan observasi, namun jika nantinya teknologinya terus ditingkatkan, bukan tidak mungkin praktik ini dapat diterapkan secara massal di berbagai industri sebagai alternatif dalam metode pembangunan infrastruktur jalan. Kami optimis dan berharap bahwa dengan inovasi ini, PKT siap menjadi pelopor dalam pengolahan limbah plastik sebagai komoditas yang memiliki daya guna tambahan dalam prinsip ekonomi sirkular,” tutup Rahmad. (rls)