spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Rampung, Warga Berharap Masjid Terapung Selambai Bisa Digunakan sebelum Ramadan

BONTANG – Masjid terapung di Kampung Selambai, Loktuan telah rampung. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota (PUPRK) Bontang masih menunggu pembentukan pengelola masjid sebelum masjid megah tersebut diresmikan.

Masyarakat di Kampung Selambai menginginkan masjid terapung segera diresmikan agar bisa digunakan untuk ibadah berjamaah. Penjual makanan di Pujasera Selambai, Anugrah, mengaku sangat menantikan peresmian masjid terapung yang bakal menjadi ikon Kota Bontang itu.

“Senang sekali kalau masjid ini cepat diresmikan karena kami sudah menunggu untuk bisa salat di sana,” kata Anugrah saat ditemui mediakaltim.com, Jumat (3/2/2022).

Anugrah juga berharap dengan hadir masjid terapung ini, dapat membuat Kampung Selambai semakin ramai pengunjung dan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar Loktuan dan Selambai.

“Semoga kalau sudah bisa digunakan, banyak orang yang ingin ke sana, dan pujasera di sini bisa semakin ramai pengunjung,” harapnya.

Sementara, Ketua RT 03 Syahriani, mengungkapkan soal kepengurusan pengelola masjid perlu melibatkan masyarakat setempat. “Perlu ada kerja sama dalam pengelolaan masjid, tapi tetap dalam pengawasan pemerintah,” ucapnya.

Baca Juga:  Leicester City vs Manchester United, Waspadai The Foxes

Antusiasme juga datang dari nelayan Kampung Selambai, Nor Akbar Al-Islamie. Ia mengatakan Ramadan yang akan datang akan menjadi titik balik masyarakat, berbondong-bondong untuk beribadah di masjid tersebut.

“Saya senang sekali kalau bisa dibuka masjidnya sebelum bulan Ramadan. Saya yakin bulan Ramadan pasti jamaah akan ramai beribadah di sana,” katanya.

Soal pengelola masjid yang masih dalam proses pembentukan, ia mengatakan sebaiknya melibatkan para imam maupun takmir Masjid Al Muhajirin terdahulu sebelum terjadi kebakaran. “Tapi kembali lagi dengan keputusan pemerintah, baiknya seperti apa,” tegasnya.

Akbar sempat menyoal tata letak masjid terapung yang terlalu berhimpitan dengan pelabuhan dan kapal yang bersandar sehingga sedikit mengganggu pemandangan masjid yang berdiri megah.

“Karena masjidnya terlalu mepet, jadi kalo kita liat dari pelabuhan, viewnya sedikit terganggu dengan kapal bongkar muat yang bersandar. Mungkin bisa jadi pertimbangan nanti, bagaimana pemerintah menyikapi hal itu. Termasuk soal tempat parkir,” tandasnya.

Seperti diketahui, perencanaan pembangunan masjid ini rampung pada 2018 dan kemudian pada 2019 dilakukan pengerjaan tahap I senilai Rp 33,2 miliar. Pada 2020 dilanjutkan pengerjaan tahap II dengan anggaran mencapai Rp 28,2 miliar, dan proyek finishing pada 2021 ini senilai Rp 10,3 miliar.

Baca Juga:  RS PKT Resmi Turunkan Tarif Swab PCR, Diberlakukan sejak 31 Oktober, Tetapkan Dua Jenis Tarif 

Masyarakat mengusulkan nama masjid terapung ini Al Muhajirin, sama dengan nama masjid di sekitar lokasi yang sebelumnya digusur dan dipindahkan ke lantai dua pelabuhan Loktuan. (ahr)

Most Popular