spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

DKP3 Update FSVA, Ketahanan Pangan di Bontang Makin Meningkat

BONTANG – Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian (DKP3) Kota Bontang melaksanakan rapat koordinasi serta pembaruan data terkait ketahanan pangan dan kerentanan pangan Food Security and Vulberable Atlas (FSVA), bersama beberapa OPD dan perwakilan kelurahan di Kota Bontang.

Kegiatan ini dilakukan setahun sekali, pembaruan data ini dilakukan dengan kolaborasi bersama dengan kelurahan se-Kota Bontang, Baperida, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan yang terbentuk dalam satu tim.

“Data tersebut memiliki berbagai macam informasi seperti sarana pangan, sarana kesehatan, penduduk miskin dan masih banyak lagi. Kami kumpulkan dan memang updatenya tiap akhir tahun,” jelasnya di BPU Bontang Utara, Selasa (12/11/24).

Dari diskusi bersama dengan instansi terkait, terdapat beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi seperti pembangunan puskesmas pembantu di Kelurahan Bontang Kuala dan Guntung. Diharapkan nantinya di wilayah Bontang Lestari juga seperti itu.

“Bontang Lestari ini masih bertahan sebagai kelurahan terakhir yang ketahanan pangan dan sebagainya masih merah,” terangnya.

Rentannya ketahanan pangan yang dimaksud adalah jumlah sarana dan prasarana penyedia pangan yang masih kurang dibanding luas wilayah dan kepadatan penduduk, tingginya rasio KK dengan tingkat kesejahteraan terendah dibanding jumlah KK per wilayah dan sebaran tenaga kesehatan yang belum merata.

Baca Juga:  Reses di Bontang, Rudy Mas’ud Dicurhati soal Banjir

“Bukan hanya program ketahanan pangan, seperti air bersih, kesehatan juga harus,” ujarnya.

Adapaun hasil updating Peta FSVA 2024, tidak ada daerah rawan pangan secara komposit (gabungan ke 5 indikator). Namun jika dilihat dari indikator penyusunnya masih terdapat beberapa wilayah yang berada pada prioritas 1 sampai dengan 3 (rawan pangan rendah – tinggi). Namun jika dilihat dari peta FSVA 2023 terdapat beberapa wilayah yang mengalami perbaikan status dari rawan pangan menjadi tahan pangan yaitu Kelurahan Guntung, Loktuan dan Tanjung Laut

Dihadirkan juga narasumber dari Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Prof, Dr. Bernatal Saragih, Ketua Pokja Ahli Ketahanan Pangan Kaltim, yang menjelaskan bahwa terdapat tiga permasalahan di Kota Bontang, pertama terkait dengan fasilitas tenaga kesehatan, kedua yakni kemiskinan, ketiga yakni sarana-sarana pangan.

“Meskipun hal tersebut menjadi permasalahan, tapi setahun atau dua tahun ke depan hal itu dapat terselesaikan karena Gudang Bulog kan mau masuk ke Bontang,” ujarnya.

Ia menyebutkan, yang menjadi masalah adalah output dari ketahanan pangan itu, yakni stunting. Ia bersama dengan para peserta berdiskusi terkait sebenarnya bagaimana penanganan stunting itu sendiri.

Baca Juga:  Optimalkan PAD, Bapenda Luncurkan Inovasi ‘Si Janda Manis’

Kemudian, Kota Bontang sendiri masih bermasalah dalam hal inflasi, karena Kota Bontang ketergantungan kebutuhannya selalu diambil dari luar kota. Misalnya jika di Samarinda terjadi gejolak, maka Kota Bontang akan terkena dampaknya.

“Barang yang akan dikirim ke Bontang biasanya lewat Samarinda dulu, kalau disana harga naik, maka di Bontang akan naik juga,” terangnya.

Untuk itu ia berharap dengan masuknya gudang bulog akan mengurangi inflasi itu, kemudian rumah tangga juga diharapkan dapat melakukan urban farming agar tidak terkena inflasi tersebut.

Penulis: Syakurah
Editor: Yusva Alam

Most Popular