BONTANG – Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Bontang menemui Anggota Komisi I DPRD Bontang, Abdul Haris. Mereka membahas regulasi mengenai pemberdayaan disabilitas pada Senin (19/12/22).
Ma’ruf, ketua PPDI Bontang yang merupakan penyandang disabilitas sensorik netra mengungkapkan kurangnya lapangan kerja bagi penyandang disabilitas di Bontang.
“Saya ingin teman-teman disabilitas bisa memiliki peran dalam masyarakat. Mereka masih memiliki potensi untuk bekerja, di perusahaan atau pemerintahan. Tapi hal itu masih sangat jarang di Bontang ini,” jelas Ma’ruf.
Terdapat 749 disabilitas yang terdata di Dinas Sosial, banyak dari mereka yang merupakan seorang pengangguran. Namun 749 yang terdaftar tersebut belum keseluruhannya.
“Kami ingin teman-teman yang disabilitas ini diberikan ruang yang sama dengan orang non disabilitas, dan diberikan fasilitas pelatihan yang bisa mengembangkan potensi yang mereka miliki, seperti pengeditan vidio, desain website dan lain-lain, karena kami bukan orang yang hanya bisa berdiam diri saja, ” lanjut Ma’ruf.
Selain kurang kesempatan bekerja untuk para disabilitas, aksebilitas berupa sarana dan prasarana umum masih sangat minim. “Aksebilitas untuk kursi roda kadang itu tidak pas, ada yang kekecilan jadi tidak bisa digunakan,” jelas Imam Purnomo, sekretaris PPDI Bontang.
Tidak hanya aksebilitas, guiding block yang dipasang di trotoar berguna untuk menjadi panduan berjalan untuk pejalan kaki penyandang disabilitas tidak dapat digunakan dengan maksimal.
“Petunjuk yang ada di trotoar juga kadang justru berbahaya untuk tunanetra seperti saya, sementara saya jalan tiba-tiba ada lobang di situ, kadang juga ada pedagang kaki lima yang sempat saya tabrak karena berjualan di trotoar,” jelas Imam.
Ma’ruf mengungkapkan bahwa penyandang disabilitas diberikan kesempatan bukan hanya di kasihani tapi juga diberdayakan.
“Kami tidak ingin menerima terus. Bisa juga menghasilkan sendiri. Ya kami berharap kedepannya perda untuk bisa adil kepada para disabilitas mulai dari sarana dan prasarana sehingga bisa setara dengan teman-teman yang lain. Terkadang kasian lihat anak-anak yang dikurung orang tuanya karena takut anaknya kenapa-kenapa di luar,” jelas Ma’ruf. (sya)