spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ancaman Kapitalisme Dibalik Gencarnya Agenda Pariwisata

Pemkot Bontang bakal menggelar 77 event pariwisata sepanjang tahun 2023 ini. Hal itu dalam rangka meningkatkan kembali potensi wisata di Kota Taman. Dibahas dalam Rapat Koordinasi Teknis (Rakernis) Pariwisata, Kamis (26/01/2023) kemarin di Auditorium 3 Dimensi.

Agenda 77 event ini membuktikan bahwa Pemkot Bontang selalu hadir dan menjadi bagian dari solusi, serta menjadi mitra strategis pelaku/pegiat pariwisata, ekonomi kreatif dan UMKM, khususnya dalam mendorong geliat perekonomian rakyat. (radarbontang.com, 27/1/2023)

Selain pertambangan dan ekspor, sektor pariwisata adalah sektor riil yang menjadi sumber devisa negara. Sasarannya adalah wisatawan dalam negeri atau wisatawan asing. Adanya kemajuan di sektor pariwisata ada sisi positif dan sisi negatifnya.

Sisi positifnya sektor pariwisata memberi pemasukan pada pemerintah. Mengutip data BPS, jumlah devisa sektor pariwisata pada tahun 2022 mencapai US$4,26 miliar. Sisi negatifnya, dilihat dari segi lingkungan dan budaya, memberikan dampak negatif yaitu akan membuka peluang terjadinya liberalisasi sosial budaya.

Strategi Penjajahan

Gagasan pengarusutama pariwisata bukan untuk mengakhiri kemiskinan. Gagasan ini berasal dari lembaga-lembaga internasional di bawah hegemoni negara-negara kapitalis. Secara ringkas strategi penjajahan di bidang pariwisata mengikuti pola sebagai berikut.

Baca Juga:   Sengketa Kepemilikan Lahan, Warga RT 38 Tanjung Laut Ajukan Banding

Pertama, klaim pariwisata sebagai kunci pertumbuhan ekonomi. Dipaparkan data penunjang seperti pendorong ekonomi paling cepat, mudah, dan berkelanjutan, devisa rangking 3 setelah fuels and chemicals, pendorong dan penggerak ekonomi sektor lain, penggerak globalisasi, konektivitas, integritas, dan pengembangan sosio-ekonomi.

Kedua, membuat regulasi pengembangan sustainable tourism. “Permen No. 14/2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan diselaraskan ke dalam RPJMN untuk mendukung pencapaian tujuan Suistainable Development Goals (SDGs). Menggunakan prinsip 3P (People, Planet, Prosperity), termasuk di dalamnya mempermudah prosedur pembuatan visa dan izin masuk negara lain (permit entry), dan kerjasama bilateral antar negara bidang pariwisata.

Ketiga, jerat hutang lembaga dunia melalui investasi infrastruktur pariwisata. Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia menyepakati pinjaman senilai 300 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,1 triliun. Pinjaman ini digunakan untuk pengembangan infrastruktur sektor pariwisata demi menambah sumber daya domestik besar yang sudah diinvestasikan dalam pariwisata.

Keempat, kapitalisasi ekonomi melalui penyediaan arus modal dan investasi pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), termasuk KEK pariwisata.

Baca Juga:   Bulan Puasa 7 Remaja Asyik Pesta Miras di Selambai, 2 di Antaranya Perempuan

Kelima, liberalisasi sosial budaya menjadi ruh penjajahan pariwisata. Contohnya, untuk orang luar negeri tidak mengapa mereka mengenakan pakaian terbuka ketika di pantai, karena sudah biasa bagi mereka. Tetapi bagi kita hal tersebut tabu di masyarakat. Dengan dalih pemakluman akhirnya membiarkan mereka dan budayanya masuk ke kehidupan masyarakat kita.

Maka terjadilah pemikiran dan budaya kita terwarnai dengan liberalisme dan mengalami pergeseran. Jadi, tidak heran jika dalam industri pariwisata terjadi peniruan budaya dan muncul kemaksiatan, seperti: miras, seks bebas, khalwat (campur baur antara laki-laki dan perempuan), narkoba dan umbar aurat. Budaya hidup liberal yang dibawa sangat membahayakan akidah umat.

Apalagi pariwisata juga untuk menghidupkan budaya lokal daerah yang mengandung kesyirikan. Tanpa sadar mereka telah merusak aqidah ummat. Padahal hal tersebut bertentangan dengan Islam dan bisa mendatangkan murka Allah.

Kesadaran Ideologis

Untuk lepas dari penjajahan pariwisata dibutuhkan kesadaran, kemauan, dan kekuatan yang bersifat ideologis. Dimana ideologi negara yang condong kepada kapitalisme-demokrasi harus ditinggalkan.

Baca Juga:   Diduga WNA Timur Tengah, Pelaku Pencurian di Toko Emas Bahagia

Caranya, dengan mengembalikan penerapan ideologi yang berasal dari Allah. Maka cara ini adalah cara satu-satunya untuk menghadapi penjajahan global kapitalisme. Prinsip-prinsip ekonomi Islam juga dijalankan melalui politik ekonomi.

Bidang pariwisata meskipun bisa menjadi salah satu sumber devisa, tetapi tidak akan dijadikan sebagai sumber perekonomian Negara Islam. Karena tujuan utama adalah sebagai sarana dakwah dan propaganda.

Negara Islam  mempunyai sumber perekonomian yang bersifat tetap. Maka Negara tidak akan mengeksploitasi bidang ini untuk kepentingan ekonomi dan bisnis. Sehingga Negara Islam tetap bisa menjaga kemurniaan ideologi dan peradabannya dari berbagai invasi budaya yang datang dari luar.

Wallahu ‘alam bi ash showab.

Most Popular