spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
No menu items!
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
No menu items!
More

    Berantas Mafia Beras dengan Islam

    Oleh: Febriyanti Suleman, S.Pd

    Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Miris dirundung kesulitan ekonomi, rakyat malah dipersulit lagi. Ungkapan ini menyirat akan nasib malangnya rakyat. Sudah sulit memenuhi kebutuhan hidup malah diperparah dengan adanya berbagai hal kesulitan yang dibuat oleh sistem ini.

    Belum tiba Bulan Suci Ramadhan kini kebutuhan bahan pokok melonjak naik. Sebagaimana halnya harga komuditas beras di Bontang terus merangkak naik.

    Seorang pedagang beras Pasar Rawa Indah, Murni mengatakan, sejak awal Februari 2023 harga beras naik hingga Rp 35 ribu per karung untuk ukuran 25 kilogram. Disinyalir kenaikan harga diakibatkan gagal panen lantaran cuaca buruk. Bahkan diperkirakan kenaikan harga beras masih akan terus melonjak hingga beberapa bulan ke depan.

    Kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Bontang, namun merata di seluruh wilayah Indonesia. Kenaikan harganya mulai melonjak dari bulan Desember 2022 hingga Februari ini. Harga kenaikan beraspun berbeda-beda tergantung mereknya.

    Beras yang kualitas rendah tentu banyak diminati bagi konsumen kalangan bawah. Beras jenis medium maupun premium harganya melonjak naik. Apalagi menjelang Ramadhan diperkirakan semua bahan pokok ikut naik. Sebab tingkat kebutuhan mempengaruhi harga jual.

    Menjamurnya Mafia Beras

    Beras merupakan kebutuhan pokok rakyat, seharusnya murah dan tersedia. Namun, faktanya negeri penghasil produksi beras terbesar justru melakukan impor beras terbilang banyak sekali.

    Bulog telah mengimpor sebanyak 500 ribu ton beras dengan harga jual Rp 8.300. Dari data (katadata.co.id) Perusahaan Umum Bulog melakukan impor beras tahap ke dua sebesar 300 ribu ton pada awal februari 2023. Dan tahap pertama pada bulan desember 2022 sebesar 200 ribu ton beras.

    Seharusnya kelangkaan dan terbatasnya produksi beras akibat gagal panen bisa diatasi oleh negara. Sebab, ini akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Bukan justru pemerintah malah mengusulkan secara terus menerus melakukan impor. Akibatnya peluang adanya impor beras bisa dimanfaatkan beberapa pihak seperti permainan mafia untuk mendapatkan keuntungan besar di tengah kesulitan rakyat.

    Baca Juga:   Eksploitasi Anak Masih Terjadi di Peringatan HAN

    Permainan mafia tersebut membeli beras dari gudang Bulog dengan harga murah kemudian menjual kembali kepada konsumen dengan harga tertinggi. Karena sudah lumrah barang yang dibutuhkan dicari konsumen. Hal ini sangat menyusahkan rakyat terutama rakyat kecil dan miskin.

    Dalam penerapan sistem kapitalisme sekuler menganut paham kebebasan yakni liberal. Maka, tidak heran jika terjadi pengalihan fungsi terhadap Bulog. Terjadinya liberalisasi fungsi Bulog beralih menjadi korporasi yang berorientasi pada untung rugi, bukan lagi pada pelayan rakyat. Tidak ada namanya lagi berfungsi sebagai stabilisator harga dan penyimpan stok pangan.

    Tidak hanya pelaku mafia beras yang terjadi di pasar, akan tetapi negara atau pemerintah seperti kewalahan tak mampu mengatasi para mafia mulai dari penimbun, spektakulan, hingga kartel pangan. Yaitu korporasi yang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menentukan impor pangan. Sehingga harga dikendalikan semaunya  korporasi tanpa memikirkan akibat yang dialami rakyat kecil dan menengah ke bawah.

    Sistem kapitalisme sekuler memang lebih mengagungkan kebebasan individu.  Sehingga negara lepas tangan dan melepas tanggung jawab secara penuh dalam urusan rakyat, termasuk para pelaku usaha. Ingin memiliki sesuatu maka jaminannya adalah kekuatan rillnya materi. Jadi terjadinya mafia baik di pasar maupun dalam perdagangan diserahkan pada masing-masing individu untuk menyelesaikannya.

    Apalagi sistem ini justru membuka selebar-lebarnya pasar bebas, dari situlah muncul adanya permainan harga yang dapat merugikan pihak konsumen akibat dari sifat rakusnya manusia yang tidak akan puas. Karena manusia didorong hanya untuk bebas dalam mencari nilai materi dan keuntungan sebesar-besarnya tanpa memandang cara halal dan haram.

    Karena negara tidak memiliki wewenang sepenuhnya yang semuanya ditekan oleh korporasi dan swasta. Sistem ekonomi kapitalisme sekuler memihak kepada kepentingan pelaku usaha, khususnya perusahaan-perusahaan swasta dan asing yang dimana para pengelola yang ditunjuk oleh negara bisa bermain dan mendapat pasokan.

    Maka meskipun di dalam negeri telah ada lembaga-lembaga seperti Badan Umum Logistik, Badan Pangan Nasional, Badan Penjaga Pangan atau lainnya. Tidak ada artinya jika kenyataan terjadi di lapangan semrautnya tata kelola dan pengaturannya amburadul.

    Baca Juga:   Kekerasan Seksual Marak, Harus Sistemis Lindungi Anak!

    Bahkan bukannya bisa teratasi sulitnya mendapatkan bahan pangan, justru banyak kecurangan yang terjadi. Hal ini menunjukkan wajah asli sistem kapitalisme sekuler gagal dalam mewujudkan kesejahteraan, kenyamanan dan keamanan.

    Pengelolaan Pangan Dalam Islam

    Konsep paradigma Islam berbeda dengan konsep ekonomi kapitalisme sekuler. Dalam Islam memenuhi kebutuhan pangan rakyat dengan swasembada pangan, mendukung optimalisasi produksi pertanian, perikanan, dan lainnya. Bukan malah menguntungkan pihak korporasi, pengusaha hingga sepktakulan kartel. Karena Islam memiliki konsep yang jelas dalam pengelolaan pangan untuk mewujudkan kemandirian pangan dan pemasokan pangan.

    Semua ini butuh adanya sebuah institusi  penerapan Islam secara kaffah agar bisa berjalan dan terlaksana. Manakala negara memiliki wewenang sepenuhnya mengatur segala aspek kehidupan manusia, baik aspek ekonomi, politik, pemerintahan hingga hukum dan pidana bagi pelaku tindakan penimbunan atau terjadinya kecurangan.

    Semua ini demi menjaga keutuhan dan kestabilan kebutuhan baik sandang, pangan, papan seluruh warga negaranya. Konsep Islam membangun seluruh warga negara bahkan para penguasa untuk takut kepada Allah SWT, serta takut dalam menjalankan sebuah amanah bila tidak sesuai dengan syariat Allah.

    Sistem ekonomi Islam berdiri diatas hukum Syara’ yang seluruh kebijakannya akan berfokus pada kemaslahatan umat. Siap memberi subsidi saat terjadi paceklik, atau musim gagal panen, membantu masyarakat miskin, dan tidak mampu bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Petani akan diberi kemudahan dalam pertaniannya untuk mendapatkan akses dan saprotan murah dan berkualitas hingga secara gratis. Menyediakan semua sarana dan prasarana agar rantai pasok dan distribusi tidak terhambat. Seperti infra dan suprastruktur, serta baik itu jalan raya, alat transportasi, bahan bakar, sarana irigasi, fasilitas pasar, litbang, pusat data dan informasi.

    Semua ini bisa terwujud dan mampu membiayai seluruh kebutuhan dan pelayanan masyarakat yakni adanya bank pusat negara dalam Baitulmal. Sumber pemasukan kas Baitulmal sangat banyak, mulai dari harta kekayaan sumber daya alam seperti harta kepemilikan umum mulai dari minyak bumi, hasil tambang, hasil laut, batu bara, hasil hutan, dan harta-harta lainnya berupa harta fa’i, kharaj, dll.

    Baca Juga:   Minyakita Mahal dan Langka, Akibat Salah Kelola di Sistem Kapitalis

    Melalui kekuatan politik untuk menjaga kedaulatan dan hukum-hukum Islam bisa ditegakkan agar pelaku-pelaku kejahatan mendapatkan sanksi tegas dan efek jera bagi orang lain takut berbuat kriminal, kejahatan, kriminal dan kejahatan-kejahatan lainnya. Tentu kekuatan ini tidak lain adalah menerapkan Islam secara paripurna dan politik Islam berperan hanya mengurus urusan rakyat.

    Negara bertanggung jawab terhadap pemenuhan seluruh kebutuhan rakyat dengan pendisitribusian secara merata. Hal ini pernah dilakukan oleh Umar bin Khathab, beliau sendiri mengangkat karung gandum yang diambil langsung dari gudang Baitulmal untuk mengantarkan langsung kepada janda miskin. Bahkan beliau memberi subsidi kepada para petani Irak agar mereka dapat mengolah kembali tanahnya.

    Beliaupun memastikan tidak ada lahan pertanian dalam kondisi menganggur sehingga beliau menarik lahan yang ditelantarkan selama tiga tahun, maka akan diberikan kepada orang yang membutuhkan dan siap menghidupkan lahan tersebut. Bukan malah menjualnya kepada swasta dan dana serta keuntungannya entah kemana. Sebagaimana yang terjadi dalam paradigma kehidupan sekuler saat ini.

    Untuk itu cita-cita terbesar kita adalah untuk memperjuangkan tegaknya aturan Islam. Peradaban Islamlah yang mampu mengatasi terjadinya kelangkaan bahan pangan bahkan permasalahan manusia lainnya yang terjadi. Pentingnya berada hidup diatur dalam Islam adalah merupakan kewajiban umat Islam untuk tegak di atas hukum-hukum Islam.

    Sebab Allah SWT memerintahkan agama Islam ini tegak di muka bumi, terutama berhukum hanya pada syariat-Nya Allah bukan dengan aturan demokrasi kapitalisme sekuler yang justru menolak aturan Allah untuk mengatur kehidupan manusia. Terlebih negeri ini mayoritas penduduk terbanyak diduduki oleh umat Islam kebanyakan.

    Wallahu’alam bishowab.

    Most Popular