spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Buku Pesona Borneo, Wujud Cinta Literasi Budaya Kita

Tidak dapat dimungkiri bahwa derasnya arus informasi mancanegara yang masuk ke Indonesia telah membawa budaya asing yang memengaruhi perubahan budaya masyarakat kita.

Tanpa disadari perlahan tetapi pasti, rasa cinta maupun pemahaman terhadap budaya tradisional mulai luntur terutama di kalangan generasi muda saat ini. Bergeser oleh budaya barat yang tidak seluruhnya sesuai dengan norma etika bangsa Indonesia kita.

Tanpa disadari pula bahwa kemajuan ini mampu mengikis kesadaran masyarakat dalam mencintai seni budaya tradisional. Kita pun tahu, bahwa kesenian tradisional merupakan bagian dari kebudayaan yang menjadi ciri sebuah bangsa dan patut dijaga kelestariannya.

PERAN DUNIA PENDIDIKAN

Sehingga penting untuk membentengi perkembangan budaya luar, pendidikan seni dan budaya sejak usia dini wajib diberikan kepada setiap pelajar melalui kurikulum yang bisa diterapkan di sekolah diberbagai jenjang.

Bahkan sangat perlu diajarkan tentang keunikan budaya sejak usia PAUD maupun sekolah dasar, yakni melalui Literasi Budaya. Alangkah baiknya mulai diperkenalkan seni dan budaya negaranya, keunikan tiap daerahnya sendiri.

Sehingga dengan pembekalan sejak dini, para penerus bangsa ini diharap mampu membentengi diri mereka guna menghidupkan kesenian, kebudayaan tradisional dan keunikan daerahnya.

Dengan Literasi Budaya, maka dapat memperbanyak pelajaran mengenai hal ini di sekolah. Juga kita sadari pula, masih minimnya sosok guru yang mempunyai visi dan misi dalam mempertahankan seni budaya bangsa.

Baca Juga:   Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Makin Mengkhawatirkan?

Hal itu menjadi salah satu penyebab anak muda Indonesia tak begitu peduli terhadap budaya tradisional. Di sini juga perlu pembekalan peran pendidik akan pentingnya Literasi Budaya yang mengajar dengan mengangkat keunikan budaya setempat.

Sehingga bila peran guru dan kuatkan pemahaman pelajar sejak dini akan pentingnya mempertahankan dan melestarikan budaya dan keunikan daerah akan membantu mengikisnya budaya kita.

PERAN MEDIA MASSA DAN MEDIA SOSIAL

Masih tidak dapat elakkan bahwa pola pendidikan di Indonesia hingga saat ini memang belum mampu mendorong para penerus bangsa bangga dengan seni budaya mereka sendiri. Dampaknya, kesenian dan budaya tradisional semakin hari semakin menipis.

Tapi di balik itu semua, efek perkembangan teknologi, khususnya media massa elektronik juga media sosial menjadi faktor penunjang para pelajar kehilangan keinginan untuk belajar lebih dalam mengenai seni budaya Indonesia.

Dapat kita saksikan di berbagai stasiun televisi nasional maupun lokal lebih banyak mengusung acara hiburan yang mengacu pada budaya asing. Mulai dari musik, film, hingga program anak kecil tak banyak menyentuh nilai seni dan budaya lokal. Tak mengherankan bila akhirnya pola perkembangan anak saat ini lebih mengacu kepada budaya luar.

Baca Juga:   Keterwakilan Politik Perempuan Minim, Haruskah Implementasikan Kesetaraan Gender?

Sejatinya, budaya Timur banyak mengajarkan arti gotong royong, keselarasan, hingga toleransi tinggi. Bersinggungan dengan budaya luar yang lebih terbuka dan lebih banyak mengandalkan kerja keras untuk diri sendiri.

Muthi’ Masfu’ah, A.Md, CN NLp

DUKUNGAN WAGUB KALTIM UNTUK BUKU LITERASI BUDAYA “PESONA BORNEO”

Seperti dalam kata sambutan yang tertulis dalam buku Literasi Budaya, “Alhamdulillah, saya atas nama masyarakat Kaltim dan Pemerintah Prov Kaltim mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi tingginya atas terbitnya buku yg ditulis oleh para penulis tentang pariwisata di Kaltim dengan judul Pesona Borneo.”

Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa kita semua patut bersyukur atas karunia alam yang indah dan luar biasa di Kaltim. Saya pribadi Alhamdulillah sudah mendatangi sebagian besar tempat wisata eksotik di Kaltim.

Rasa bangga dan syukur selalu terasa setiap berkunjung ke tempat wisata di Kaltim. Walaupun belum semua tempat wisata bisa dengan mudah dikunjungi karena infrastruktur yg masih terbatas, sarana akomodasi yang belum memadai serta jarak tempuh yang cukup jauh.

Pesan beliau, bagi pembaca yang belum berkesempatan mengunjungi tempat wisata yang luar biasa ini, semoga suatu saat diizinkan Allah untuk dapat berkunjung. Setidak-tidaknya buku ini bisa memberikan wawasan dan pengalaman yang akan menambah rasa syukur kita pada alam Kaltim yang dianugerahkan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa untuk kita semua.

Baca Juga:   Jalan Menuju Bontang Lestari, Kini Tak Secantik Namanya

Yap, membaca buku ini serasa melakukan perjalanan wisata dan kekayaan daerah di Kaltim.

Kendati belum semua keelokan tempat wisata dan budaya daerah tergambar dalam buku ini, namun kehadiran buku ini adalah bentuk upaya mengajak masyarakat kita mengenal lebih jauh pesona dan keunikan daerahnya.

Bentuk kepedulian pemerintah Kaltim seperti yang telah dilakukan Wagub Kaltim menjadi poin tersendiri untuk menyemangati penulis-penulis Kaltim untuk lebih mengangkat kekayaan budaya masing-masing.

Akhirnya, selamat menikmati sajian tulisan dalam buku ini. Semoga bermanfaat untuk kemajuan daerah kita. Juga untuk Seluruh penulis dalam buku ini yang tergabung dalam ABI (Arah Baru Indonesia) Kaltim seperti juga pesan Wagub Kaltim, terima kasih dan sukses selalu serta terus berkarya untuk Kaltim dan Indonesia hingga akhir usia kita. (**)

Catatan: Muthi’ Masfu’ah, A.Md, CN NLp
(Direktur Yayasan RK Salsabila, Owner TK IK Salsabila Bontang, Koordinator ABI Literasi Kaltim)

Most Popular