BONTANG – Komunitas Kopinicus kembali melanjutkan kunjungan dan silaturahmi ke kedai-kedai atau café kopi di Bontang. Kunjungan ini merupakan agenda Catatan Kopinicus yang sudah memasuki edisi ke-3.
Silaturahmi kali ini tertuju pada Imaji Kopi 0.2 di Jalan HM. Ardans, Pisangan. Kehadiran anggota Kopinicus disambut oleh sang owner, Febri Aji Saputra.
Di silaturahmi tersebut banyak kisah menarik dari sang pemilik, jatuh bangunnya mendirikan Imaji.
Dikisahkan Aji sapaan akrabnya, awal mula mengenal manual brewing karena dikenalkan oleh teman di tahun 2013 silam. Jauh sebelum muncul ide membuka Imaji, dirinya masih bergabung dengan teman di industri kopi, namun tidak berhasil.
Di tahun 2015, Aji semakin menyukai dunia perkopian. Rasa suka dan ketertarikannya pada kopi, mengantarkannya pada keputusan untuk mendalami kopi di lembaga Pelatihan Barista ABCD di Jakarta.
Pasca menyelesaikan pelatihan, Aji terus mendalami secara otodidak dan kembali membuka kedai kopi bareng teman-temannya di Jakarta.
Tahun 2016, Aji memutuskan kembali ke kota asalnya di Bontang. Iapun memberanikan diri membuka coffee shop yang diberi nama Imaji di Bulan Agustus di tahun yang sama.
“Awal saya buka imaji, beberapa kerabat menyangsikan keyakinan saya untuk buka usaha kopi manual brewing di Bontang, lantaran pangsa pasar di Kota Taman yang masih sedikit peminat manual brewing,” ujarnya.
Namun ia tetap membulatkan tekad terus melanjutkan Imaji. Awalnya Imaji buka di Jalan Bhayangkara, yang lokasi tepatnya di teras Aik Gym.
“Selama buka Imaji, selain jadi owner dan barista, saya juga merangkap jadi instruktur fitnes di Aik Gym,” imbuhnya.
Mengapa memberi nama Imaji? karena berasal dari kata imajinasi. Kenapa imajinasi? karena sebelum membuka Imaji, Ia pernah memberi nama kedai kopinya yang dulu ‘pour over.’ Menurutnya, orang Indonesia kesulitan menyebut nama dengan bahasa asing.
Akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia. Terbersitlah ide nama imajinasi yang disingkat jadi imaji. Filosofinya, ketika kita sedang minum kopi muncul imajinasi, akhirnya dipilih nama Imaji.
“Visual logo imaji ini terdiri dari cangkir, v60 filter, dan pensil,” singkatnya.
Aji pun menjelaskan mengapa memilih visual logo pensil. Hal itu lantaran basic ilmunya adalah seni. Dulu berkuliah di Jakarta, karena suatu hal balik ke Bontang dan berkeinginan membuka usaha advertaising. Tapi dikarenakan Bontang tidak terlalu prospek untuk bisnis advertaising, maka ia mencoba bisnis kopi.
“Saya hobi begadang juga. Saya putuskan untuk buka usaha kopi,” tutur Aji.
Logo pensil di imaji ini mengarah ke atas, memiliki filosofi agar ke depannya selalu maju dan berkembang. Visual gelas menggambarkan kalau Imaji itu tempat ngopi. Sedangkan visual pensil pendek ini memiliki filosofi, pensil yang sudah digunakan atau sudah jalan dan berkembang.
Alasan Imaji memilih warna kuning, lantaran warna yang cepat responsif ditangkap mata manusia adalah warna merah kemudian kuning. Kenapa tidak warna merah? karena sudah banyak yang gunakan. Ditambah lagi, psikologi warna memiliki arti arogansi.
“Saya pilih kuning karena kuning menggambarkan kehangatan. Logo imaji ini semua saya desain dan konsep sendiri,” bebernya.
“Imaji memilik tagline ‘sudah ngopi,’ karena berawal kalau ngajak teman buat nongkrong menggunakan kata-kata sudah ngopi? Makanya kata-kata itu saya jadikan tagline untuk Imaji,” imbuhnya.
Di awal menjalankan usaha kopi, Imaji memiliki kendala terbesar tidak adanya pasar kopi di Bontang. Teknik kopi manual brewing masih asing. Masyarakat saat itu lebih familiar kopi hitam dengan gula, bukan manual brewing.
Kendala itu menjadi tantangan bagi Imaji untuk membuat orang menyukai kopi manual brewing.
“Ada cerita dulu pelanggan takut untuk minum espresso, karena stigma minum espresso itu sangat tinggi caffein. Bikin susah tidur,” kata Aji.
Kesulitan kedua menurutnya karena basicnya adalah seniman, maka sangat buta dengan bisnis. Ia memutuskan belajar bisnis dari awal, tahap demi tahap.
Berjalannya waktu, Imaji akhirnya berkembang. Coffee shop yang awalnya berada di lantai dua Aik Gym menambah cabang.
Membuka cabang Imaji 0.2 tepat di Bulan April 2020. Namun saat membuka cabang tersebut, kondisi di Indonesia sedang mengalami pandemi covid-19. Butuh kerja keras untuk mengembangkan Imaji 0.2, karena kondisi pandemi tersebut.
Agar dapat bertahan di industri kopi Bontang, ia berupaya mengikuti trend pasar di Bontang. Dimana penikmat manual brewing ini rata-rata hanya pemilik kedai, sehingga untuk tetap menarik pelanggan memutuskan untuk menambah menu baru yang bisa menjadi pemikat pelanggan.
Selain itu, Imaji dari awal buka dikenal dengan service dari baristanya. Kerap menyapa, bercengkerama, dan berdiskusi dengan pelangganya terkait kopi. Hal itu menjadi pemikatnya.
Imaji di awal buka tidak mau buka menu selain kopi. Semua menu Imaji dulunya menu kopi, baik dingin atau panas. Berkembangnya waktu dan minat pasar di Bontang, akhirnya menyajikan menu non coffee di tahun 2017.
Menu andalan Imaji di awal buka adalah manual brewing. Kemudian menambah menu andalan Vanilla Coffee Latte. Untuk menu makanan andalan di Imaji 0.2 adalah nasi salmon mentai, yang menjadi primadona.
“Bagi pegiat kopi, untuk belajar atau sekolah di lembaga pelatihan kopi itu sebenarnya tidak terlalu penting. Kecuali ingin lebih mendalami apa itu manual brewing dan menjadi barista. Sertifikasi juga perlu, jika ingin bekerja di industri kopi untuk meningkatkan jenjang karir,” menurut Aji.
Di akhir diskusi tersebut, Aji berharap, semoga kopinicus bisa semakin mengumpulkan teman-teman kopi di Bontang. Serta mampu menggaet teman-teman kopi yang belum bergabung. Menggandeng agar bisa ikut ngumpul dan sharing kopi bareng.
“Ke depanya semoga kopinicus dan penggiat kopi di Bontang, bisa bergabung untuk ngadakan kumpul bareng dan bagi-bagi kopi ke masyarakat Bontang.” pungkasnya. (*)