spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Evaluasi Capaian Stunting, Ternyata Masih Genting

Emirza, M.Pd
(Muslimah Peduli Umat)

Komisi I DPRD Bontang bakal mengadakan rapat dengan Pemkot Bontang, membahas penyebab angka stunting di wilayah pesisir masih tinggi dibandingkan dengan di kota. Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Komisi I DPRD Kota Bontang, Tri Ismawati. Tri Ismawati mengatakan, ia hanya mengetahui angka stunting di kota sudah menurun, tidak untuk wilayah pesisir. (radarbontang/19/7/2024)

Begitu juga pada Pemerintah Kabupaten Paser yang menggelar rapat evaluasi. Dalam kegiatan tersebut disampaikan capaian stunting per Juni 2024 yaitu 13,22% dimana balita yang sudah diukur sebanyak 98,3%, namun, masih ada 44,09% balita yang mengalami permasalahan gizi. Dalam hal ini Asisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat, Ir. H. Romif Erwinadi, M.Si., yang mendampingi Sekda Katsul Wijaya menyampaikan bahwa penurunan angka stunting ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban bersama. (humas.paserkab.go.id, 11/7/2024)

Pada 2014, angka stunting di Indonesia mencapai 37%, lalu turun menjadi 21,6% pada 2022. Meski sudah turun, angka tersebut masih tergolong tinggi. Berdasarkan data statistik PBB, jumlah anak usia dini atau balita Indonesia yang mengalami stunting mencapai 6,3 juta pada 2020. Dengan demikian, persoalan stunting hingga kini masih genting. Laju penurunan angka stunting cenderung landai, yakni terlalu lambat.

Evaluasi Capaian Stunting Butuh Perubahan Mendasar

Persoalan stunting adalah bagian dari persoalan yang mendasar, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar rakyat. Hal ini karena negara abai dalam pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan bagi rakyat. Akibatnya, banyak rakyat yang kekurangan gizi, termasuk ibu hamil, bayi, dan balita. Terjadilah gagal tumbuh atau stunting pada anak.

Baca Juga:   KDRT Makin Menjadi karena Kapitalisme Menyusahkan Ekonomi

Stunting merupakan permasalahan yang kompleks dan bercabang, oleh karena itu perlu evaluasi yang benar menyentuh akar persoalan, yakni kehidupan kapitalisme sekuler. Kemiskinan, pendidikan pola asuh, gaya hidup dan sebagainya.

Program penanganan stunting menunjukan tidak seriusnya pemerintah dalam menurunkan angka stunting, padahal stunting sangat menentukan masa depan negara. Stunting adalah kondisi terjadinya gangguan gizi kronis yang berlangsung dalam rentang 1.000 hari pertama kehidupan anak sejak dalam kandungan hingga berusia 2 tahun.

Ditandai dengan panjang badan atau tinggi badan menurut umur berada di bawah -2 SD. Sehingga mengakibatkan kecerdasan anak dikemudian hari tidak optimal, hingga risiko penyakit kronis.

Pencegahan stunting bisa dilakukan melalui pendekatan spesifik, yaitu perbaikan gizi ibu dan anak, dan pendekatan sensitif, yaitu semua kontribusi yang menyebabkan tumbuh kembang anak tidak optimal seperti pola asuh, kebersihan, literasi orang tua, sarana air minum dan sanitasi, imunisasi, dan sebagainya.

Intervensi sensitif memiliki kontribusi sebesar 70%, sedangkan intervensi spesifik berkontribusi sekitar 30% bagi penanganan stunting. Jadi, stunting adalah masalah yang bersifat sistemis. Solusi stunting tidak bisa hanya dengan pemberian makanan tertentu, apalagi hanya biskuit dan susu kotak, tetapi butuh solusi tuntas hingga akarnya.

Negara harus mendayagunakan seluruh sumber daya, aparat, lembaga, dana, fasilitas, dll. untuk menyolusi stunting. Bukan hanya memberikan dana, negara juga harus memberikan edukasi terkait gizi pada masyarakat di kota hingga pelosok juga pesisir.

Baca Juga:   Perempuan Pendorong Suara Pemilu, Asumsi atau Realitas?

Negara juga harus memfasilitasi masyarakat agar bisa mengonsumsi makanan bergizi. Selain itu, hal-hal yang berhubungan dengan stunting juga harus dibenahi. Seperti, kesejahteraan masyarakat dan stabilitas harga bahan pangan.

Faktanya, kemiskinan masih menjadi masalah di Indonesia, khususnya di Bontang daerah pesisir. PHK terjadi di mana-mana sehingga berdampak pada tingginya angka pengangguran. Tingginya harga daging sapi, ayam, telur, dan ikan mengakibatkan rendahnya masyarakat untuk mengkonsumsi protein hewani.

Maka menyolusi stunting butuh perubahan mendasar dari aspek jaminan negara terhadap kebutuhan dasar rakyat. Sayangnya, negara yang menerapkan ideologi kapitalisme seperti sekarang tidak memberikan jaminan ini. Akhirnya, penanganan stunting sekadar “kejar tayang” target WHO, juga pencitraan.

Masalah stunting ini tidak hanya menghantui Indonesia, tetapi juga menjadi masalah serius dunia. Data PBB 2020 menunjukkan bahwa 149 juta (22%) balita di seluruh dunia mengalami stunting. Data ini mengonfirmasi kegagalan kapitalisme dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia, terutama pangan.

Generasi Kuat

Politik ekonomi Islam menjamin pemenuhan semua kebutuhan primer tiap orang secara menyeluruh. Setiap orang akan dipenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai kadar kesanggupannya sebagai individu yang hidup dalam sebuah masyarakat.

Sistem Islam akan memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan) bagi tiap individu rakyat. Kebutuhan gizi tiap orang akan dipenuhi, termasuk ibu hamil dan balita.

Baca Juga:   Mengejutkan, 5 Kelurahan Bontang Waspada Narkoba se-Indonesia!

Tidak hanya pangan, kebutuhan akan rumah yang sehat, air minum yang layak, sanitasi, edukasi, akses terhadap layanan kesehatan, dsb. semuanya dijamin dalam Islam. Penguasa dalam Islam, bertanggung jawab memastikan terpenuhinya kebutuhan primer rakyat, termasuk kecukupan pangan bergizi.

Sistem Islam memiliki jihaz al-idari, yaitu struktur administrasi yang akan memastikan setiap program pemerintah tersebut dirasakan oleh rakyat hingga ke pelosok negeri dari kota hingga pesisir. Sistem Islam menerapkan sistem ekonomi Islam yang mewujudkan kesejahteraan dengan mencegah kekayaan beredar pada sebagian orang saja.

Islam juga mengembalikan hak milik umum pada rakyat agar terwujudnya kemakmuran yang merata. Sehingga, terwujud generasi Islam sebagai generasi unggul yang merupakan generasi terbaik, sebagaimana digambarkan dalam QS Ali Imran: 110, “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.”

Sistem Islam akan menghasilkan generasi yang kuat. Seperti dalam hadis Rasulullah saw., “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah ‘Azza wa Jalla daripada mukmin yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Nasa’i).

Persoalan stunting dalam Islam akan selesai dengan pemenuhan kebutuhan dasar warga yang dijamin oleh negara. Support sistem oleh penguasa dalam sistem Islam akan membuat ayah bekerja dan ibu fokus memenuhi dan mendidik anaknya sehingga generasi sehat kuat bebas dari stunting.

Wallahualam bissawab

Most Popular