BONTANG – Hasil uji laboratorium terkait kematian kerang dara yang dibudidaya oleh masyarakat Muara Badak telah keluar di akhir April 2025 ini.
Sebelumnya diberitakan, sebagian masyarakat yang bergabung dalam Persatuan Budidaya Kerang Dara Muara Badak, menggelar aksi unjuk rasa di area PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS). Mereka menyuarakan dugaan pencemaran lingkungan, akibat adanya aktivitas Rig 16 milik PT PHSS.
Humas Persatuan Nelayan Pembudidaya Kerang Dara, Muhammad Yusuf mengatakan setelah menerima laporan dari masyarakat, pihaknya langsung menyampaikan hal tersebut ke Dinas Lingkungan Hidup Kutai Kartanegara.
Uji laboratorium itu dilakukan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Mulawarman (Unmul), yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. H. Iwan Suyatna. Terdapat juga tambahan data yang dilakukan di laboratorium Hidrogeologi dan Hidrogeokimia Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Adapun runutan kejadian kasus kematian massal kerang dara di perairan Muara Badak dimulai pada 15 Desember 2024, dimana informasi pertama kematian kerang dara, lalu pada 18 Desember 2024 informasi seluruh kerang dara di pesisir badak 8 hingga sambera mati total, ditanggal 29 Desember 2024 Warga mulai menduga adanya pencemaran dari proses pengeboran di area PHSS, dan pada 31 Desember 2024 merupakan mediasi awal pemerintah daerah dan masyarakat dilakukan.
Dilanjutkan pada 17 Januari 2025, pemerintah daerah bersama Dinas Lingkungan Hidup berkoordinasi dengan FPIK Unmul. Akhirnya pengambilan sampel dilakukan pada 23 sampai 25 Januari 2025. Kemudian penyampaian hasil investigasi dilakukan pada 13 Maret 2025.
Data yang disajikan berasal dari tiga sampel. Sampel pertama yakni sampel air plankton yang diambil dari sekitar pengambilan sampel material atau sedimen sebanyak 15 titik. Data ini berdasarkan beberapa jenis serta jumlah plankton (Taxa). Analisis indeks ekologi seperti keanekaragaman (Shannon), indeks keseragaman (evenness), indeks dominansi, dan indeks saprobik.
Kedua, Sampel Kerang Dara dalam keadaan masih hidup diambil dari 4 lokasi budidaya kerang dara di perairan muara badak yakni Petak Kerang muara sei Perepat (kanan), Petak Kerang Badak 8, Petak Kerang Salo tiram dan Petak Kerang Salo Sumbala. Serta dari lokasi pembibitan tani baru. Sampel Kerang Dara ini untuk diamati dan dianalisis kondisi jaringannya.
Ketiga, Sampel material/sedimen yang diambil dari kolam pengendapan (K1), limpasan area sumur pengeboran (K2) PHSS, perairan luar area sumur (K3), Muara Sungai Prepat (K5), lokasi budidaya kerang di 6 lokasi (K4, K6-K10), perairan Jawi-Jawi (K11), Muara Sungai Toko Lima (K12) dan Sungai Tanjung Limau (K13). Material atau sedimen diperlukan sebagai bahan pemeriksaan karbon/C13 digunakan sebagai pelacakan penyebaran bahan yang berasal dari sumber limbah.
Kesimpulan dari hasil pengujian laboratorium yang pertama, analisis indeks saprobik (sampel plankton) menunjukkan pasca kematian massal kerang karena terjadi peningkatan bahan organik di perairan sekitar lokasi budidaya pada kondisi tercemar ringan sampai cukup berat.
Kedua, Hasil pengamatan dan analisis jaringan (histopatologis) sampel kerang darah yang diambil dari seluruh lokasi budidaya (termasuk area budidaya Kontrol di Tani Baru), menunjukkan kerusakan jaringan, kerusakan jaringan terberat terjadi pada lokasi budidaya yang berada dekat dengan K2 (K7 & K8).
Ketiga, lokasi budidaya kerang terletak pada perairan semi tertutup, sehingga dapat menyebabkan efek domino akibat kurangnya penggantian sirkulasi air hal ini menjadi syarat budidaya kerang yang baik.
Keempat, pelacakan polutan menggunakan isotop stabil δ 13C dari sampel sedimen masih Berupa Baseline signature atau karakteristik karbon lokasi pengambilan sampel, sehingga sulit ditentukan adanya pengaruh dari kolam pengendapan limbah (K1).
Terakhir, diduga adanya konektifitas antara wellpad (K2) dengan perairan sekitar K3 dan sebagainya, dapat berpengaruh terhadap penurunan kualitas air di lokasi budidaya terdekat, diindikasi dari konsentrasi COD yang tinggi pada area wellpad, nilai ini mengindikasikan adanya bahan kimia.
Penulis: Syakurah
Editor: Yusva Alam