spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pelatihan Membatik, Dorong Peserta Lestarikan Batik Sekaligus Bernilai Jual

BONTANG – Pemerintah Kota (Pemkot) melalui Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Bontang membuka pelatihan membatik, bersama Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Yogi Training Center, Minggu (29/6/2025) sore.

Kepala Bidang (Kabid) Pelatihan Produktivitas dan Penetapan Tenaga Kerja (Lattas dan Penta Kerja) Disnaker Bontang, Lukmanul Hakim mengatakan, program pelatihan membatik adalah salah satu program yang menjadi aspirasi dan keinginan dari masyarakat. Sebab, masyarakat ingin adanya pelatihan yang menggunakan sisi keterampilan serta seni, sehingga pihaknya membuka pelatihan membatik.

Terlebih lagi dalam proses pelatihan membatik kali ini, turut mempelajari dua hal keterampilan dalam membatik, seperti ecoprint dan juga membatik tulis.

Selain itu, Lukman turut menyampaikan langsung ke pimpinan LPK dan instruktur pelatihan, untuk nantinya saat latihan berlangsung dapat membagi menjadi beberapa bagian kelompok, agar proses pembelajaran membatik dapat menghasilkan berbagai macam batik hasil peserta buat, tidak hanya terdiri satu macam saja.

“Jadi kalau dibagi per kelompok, batik yang dihasilkan ada bermacam-macam karya dari peserta. Tidak hanya satu macam saja. Saya pun ingin, peserta dapat menyerap seluruh ilmu pembelajaran terserap dengan baik, dari sisi teori maupun praktek,” ungkapnya.

Baca Juga:  Pipa PDAM Bocor, Distribusi Air ke Wilayah Berbas Dihentikan Sementara

Pimpinan LPK Yogi, Ade Yulya Nanda Putri Hardayat menyampaikan, bahwa dengan niat membukanya pelatihan membatik ini muncul dari pengalaman saat duduk di bangku sekolah, dimana dirinya saat ini melihat banyak sekali generasi Z yang kurang minat dengan kegiatan membatik. Padahal membatik adalah salah satu karya seni milik indonesia.

“Dengan adanya pelatihan ini, saya mengajak seluruh masyarakat terutama generasi Z untuk bisa ikut berperan aktif dalam meneruskan karya membatik kita. Sebab banyak sekali pelajaran yang didapat dari membatik, adapun jika hasilnya memuaskan pastinya ada nilai jualnya,” jelasnya.

Nanda juga menjelaskan, untuk membatik dengan ecoprint hanya menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah didapatkan, seperti contohnya menggunakan dari pohon ketapang dan mahoni.

Kalaupun untuk batik tulis, pastinya berbeda dengan ecoprint. Ada tahapan demi tahapan yang dilalui, entah diawalan pembelajaran terkena lelehan lilin atau wajan panas, tetapi harus tetap fokus, agar tidak keluar dari garis desain. Semua membutuhkan konsentrasi.

“Kita menggunakan bahan yang tidak sulit dicari, tetapi bentuknya unik. Nantinya pun dari hasil pelatihan membatik ini, ada nilai jualnya. Jadi ada harga dan jasa dari pembuatan setiap batiknya, baik batik tulis atau ecoprint,” paparnya.

Baca Juga:  Ratusan Siswa SMPN 5 dan Masyarakat Sambut Kedatangan Jokowi

Perlu diketahui, untuk batik ecoprint yang sudah jadi oleh peserta LPK Yogi seperti selendang serta pashmina dengan panjang kurang lebih satu meter. Adapun untuk batik tulis, masih dalam proses pengerjaan.

“Nanti macam-macam hasilnya, kita akan coba buat tote bag, bisa juga topi, atau pun ransel. Kalau sudah jadi, pastinya kita coba jual, jadi dari pelatihan ini peserta yang mengikuti selain sudah memiliki skill dasar, juga memiliki penghasilan,” jelasnya.

Kesempatan yang sama, Annisah selaku instruktur pelatihan membatik mengaku tidak ada kesulitan dalam mengajarkan peserta saat pembelajaran membatik berlangsung, baik batik tulis maupun ecoprint.

“Peserta langsung paham saja kalau di beri materi maupun praktek, jadi saya tidak merasa kewalahan. Teori lancar, praktek juga lancar, semuanya berjalan dengan baik,” tutupnya.

Penulis: Dwi S
Editor: Yusva Alam

Most Popular