BONTANG – Sepanjang tahun 2022 lalu, Puskesmas Bontang Selatan (BS) 1 menerima 180 laporan terkait Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah Bontang Selatan. Peningkatan kasus DBD terjadi dalam kurun waktu tertentu. Tidak hanya DBD, tapi juga gejala- gejala DBD seperti demam tinggi.
Menurut data tahun 2022, peningkatan laporan terjadi pada Bulan April. “Tahun 2023 ini akan kita pantau apakah akan terjadi pola yang sama seperti tahun sebelumnya, naiknya kasus DBD akibat hujan yang terus mengguyur ” jelas Achmad Zainuri, Epidemiolog Kesehatan Puskesmas BS 1.
Di tahun 2023 ini, Puskesmas BS 1 akan melakukan pendataan pada RT, sekolah, atau wilayah yang sering memberikan laporan kasus DBD, sehingga akan dipantau lingkungannya.
“Kami sudah sempat bicara dengan kecamatan juga kelurahan. Memang dari tiga kelurahan di Bontang Selatan, Tanjung Laut Indah merupakan wilayah tertinggi kasus DBD nya,” bebernya.
Zainuri berharap warga memperhatikan lingkungan sekitar, karena kemungkinan saat musim hujan sudah lewat nyamuk mulai beterbangan.
“Setidaknya untuk memperhatikan lingkungan sekitar rumah dulu. Takutnya April depan muncul peningkatan kasus lagi. Jangan sampai ada tempat yang bisa membuat berkembang biak indukan nyamuk. Fogging tidak menjamin, nyamuk yang terus menerus terkena fogging lama-lama bisa beradaptasi dengan bahan kimia tersebut,” bebernya.
Sekali digigit efeknya tidak langsung terlihat, virus itu masuknya sedikit-sedikit ke dalam tubuh. Sampai akhirnya sudah menyebar ke seluruh tubuh dan jadi DBD.
“Efeknya berkala, bisa saja saat April depan terulang lagi, ” ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskan, virus yang dibawa Nyamuk Aedes Aegypty tidak langsung dirasakan dampaknya oleh tubuh manusia.
“Telur nyamuk itu menetas pada saat cuaca sudah mulai panas, seperti pertengahan Januari ini hujan sudah mulai jarang, biasanya saat seperti itu Nyamuk Aedes Aegypty sudah mulai menyebar dan dampaknya tidak langsung terlihat,” lanjut Zainuri.
Zainuri mengatakan, saat mengunjungi rumah warga terdampak, nyatanya warga belum paham jika menumpuk barang-barang bekas juga salah satu sarang nyamuk. Dengan kondisi yang terkena panas dan hujan, sama halnya dengan drum yang menampung air bersih juga bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
“Kami juga menemukan kasus dominan terjadi pada anak-anak 5-12 tahun. Padahal mereka menghabiskan waktu pagi hingga sore di sekolahan. Kemungkinan nyamuk DBD juga bisa mengigit saat mereka di sekolah atau dari pemukiman sekitar sekolah,” pungkasnya. (sya)