Oleh:
Emirza Erbayanthi, M.Pd
(Pemerhati Sosial)
Seorang remaja berusia 15 tahun inisial NKH ditemukan tewas dengan cara gantung diri di rumahnya di Jalan KS Tubun, Kota Bontang Kamis 2 Januari 2025 malam. Korban diduga nekat mengakhiri hidupnya akibat permasalahan asmara. (pranala.co, 3/1/2025)
Kasus bunuh diri makin marak belakangan ini. Miris sekali dengan makin banyaknya kasus serupa terjadi di Bontang kota beriman. Masalah ini tentu harus dilihat menggunakan lensa Islam.
Faktor Penyebab
Penyebab masalah kesehatan mental sangat kompleks. Ada faktor internal individu dan faktor eksternal, dari luar individu. Faktor internal seperti genetik, cedera kepala yang parah, gangguan pada otak, pengaruh hormon, dan lain-lain.
Faktor eksternal yaitu dari keluarga seperti pola asuh dan “luka pengasuhan”. Faktor sosiokultural seperti ekonomi, budaya, dan media sosial menjadi salah satu penyebab kesehatan mental.
Kebijakan yang ditetapkan oleh negara dalam hal pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain-lain juga dapat menyebabkan banyak masalah. Seperti kenaikan bahan pokok, hilang dan sulitnya pekerjaan, biaya pendidikan yang tinggi, pengangguran, dan lain-lain.
Faktor sistem kehidupan yang mengatur kehidupan saat ini juga menjadi penyebab, yaitu sistem sekuler kapitalisme yang gagal mengatur kehidupan. Maka, lahir manusia-manusia bermental rapuh. Sistem ini membuat banyak orang tidak memahami tujuan hidupnya.
Sistem kapitalisme berasas sekuler menggiring masyarakat untuk jauh dari pemahaman agama. Mereka cenderung berperilaku mengikuti hawa nafsunya, ingin bebas bersikap tanpa aturan.
Akibat sistem yang rusak inilah, mengakibatkan produk yang dihasilkan juga rusak. Seperti hadirnya generasi terganggu kesehatan mentalnya, berpenyakit mentalnya.
Karena dalam masyarakat sekuler tujuan hidupnya hanya untuk mencari kesenangan dunia yang berstandar pada materi.
Maka, ketika materi berupa harta, jabatan, dan prestise tidak mampu digapai, mereka akan merasa gagal dan akan disingkirkan dari kelompok dan kehidupan serba materi ini.
Maka, banyak orang yang mengalami depresi dan putus asa. Jadi, ketika mereka ditimpa ujian atau kesulitan hidup, mereka tidak mampu menanganinya dengan cara yang benar. Tetapi memilih jalan pintas, yaitu bunuh diri. Nauzubillah.
Seperti Apa Seharusnya?
Setiap muslim seharusnya memahami visi misi hidup, mengenali dan memahami peristiwa yang terjadi di luar dirinya dan yang menimpa dirinya baik/buruk. Kemudian, sebagai seorang muslim mengerti cara menyikapi peristiwa buruk yang terjadi di luar dirinya dan yang menimpa dirinya dengan sabar.
Menjadikan ujian adalah bagian dari bentuk cintanya Allah pada hamba-Nya, dan jika sabar maka akan mendapatkan pahala. Di sinilah pentingnya pendidikan dan pembinaan agar setiap muslim memiliki kepribadian Islam dan menjadikan Islam sebagai solusi bagi setiap persoalan.
Landasan pendidikan yang harus dibangun dengan kukuh adalah akidahnya. Dengan fondasi akidah yang kuat, akan menjadikan individu muslim memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami. Dari pola pikir dan pola sikap yang islami ini akan melahirkan sosok muslim yang tangguh, cerdas dan berakhlakul karimah.
Keluarga juga memiliki peranan penting dalam membentuk anak memiliki mental yang kuat. Keluarga menjadi tempat untuk anak-anak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang, kenyamanan, keamanan, ketenteraman, dan sebagainya.
Selain itu, negara juga memiliki peranan penting dalam kepengurusan kehidupan bermasyarakat agar manusia bisa menjalankan peran serta fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
Negara juga sebagai pelindung keamanan warganya, dengan menciptakan lingkungan mental yang sehat, memberikan pemahaman dan pemikiran tentang sikap mental yang sehat. Pelaksanaan pendidikan yang baik dapat memunculkan kesehatan mental.
Negara juga akan membiayai program-program rehabilitasi mental. Seperti yang pernah ada di masa peradaban Islam. Kesehatan mental dalam sejarah peradaban Islam menjadi perhatian negara.
Ilmuwan muslim era Abbasiyah banyak yang mengkaji persoalan ini. Dinasti Abbasiyah mendirikan rumah sakit yang dilengkapi bangsal kejiwaan pada 705 M.
Dinasti Abbasiyah juga melakukan berbagai hal untuk menangani masalah Kesehatan mental. Salah satunya dengan mendirikan rumah sakit dan bangsal khusus bagi penyakit jiwa di Baghdad.
Islam adalah sistem hidup, aturan yang menyelesaikan masalah dari mulai pencegahan hingga penyembuhan. Islamlah satu-satunya agama dan sistem kehidupan yang lurus sesuai fitrah penciptaan, menyejahterakan, dan mampu mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.
Dalam kehidupan Islam, anak-anak akan mendapatkan pendidikan yang berbasis akidah Islam yang mampu mencetak orang-orang bermental kuat. Maka tujuan pendidikan dalam sistem Islam adalah membentuk kepribadian Islam, juga keterampilan menyelesaikan problem kehidupan.
Wallahualam.