spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kekerasan Perempuan dan Anak Tinggi Bikin Miris, Perlindungan Harus Sistemis

Emirza, M.Pd

(Pemerhati Sosial)

Berdasarkan data penginputan kasus dalam aplikasi SIMFONI PPA Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Provinsi Kaltim, hingga 1 Mei 2023 ini ada 282 kasus tindak kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak.

Samarinda jadi kota tertinggi kasus kekerasan perempuan dan anak. Mayoritas penyebabnya karena masalah sosial.

Rinciannya adalah Berau 3 kasus, Balikpapan 39 kasus, Bontang 25 kasus, Samarinda 157 kasus, Kutai Barat 5 kasus, Kutai Kartanegara 16 kasus, Paser 8 kasus dan Penajam Paser Utara 7 kasus. Kasus terbanyak terjadi di Kota Samarinda, 157 kasus. Hanya Mahakam Ulu yang tidak ada catatan kasus. (headlinekaltim.co, 30/5/2023)

Senada dengan kasus diatas, Polsek Bontang Selatan berhasil meringkus seorang pemuda yang melakukan tindak pidana penganiayaan terhadap anak di bawah umur. Kejadiannya pada Kamis 8 Juni 2023 pukul 02.30 Wita.

Kala itu dikatakan Kapolsek Bontang Selatan AKP Abdul Khoiri, mereka minum tuak bersama. Namun karena masalah sepele, tersangka kemudian memukul dan mendorong korban ke laut. (radarbontang.com, 9/6/2023)

Akar Masalah

Hampir semua kasus kekerasan selalu dipicu oleh kondisi labil psikis si pelaku. Kondisi psikis ini dipicu oleh banyak faktor, mulai dari faktor ekonomi, kekecewaan terhadap perilaku korban atau akibat disharmoni relasi interpersonal maupun relasi sosial, atau akibat paparan perilaku kekerasan yang kerap dipertontonkan oleh media.

Baca Juga:   Insentif Dihentikan, Nasib Guru Makin Sengsara

Semua ini, diperparah oleh hilangnya fungsi kontrol masyarakat, serta lemahnya sistem pendidikan dan sistem hukum kita, yang membuat kekerasan demikian mudah dilakukan.

Kesempatan berbuat jahat semakin terbuka lebar, tanpa ada yang mencegah dan tanpa ada kekuatan hukum yang mampu membuat siapa pun berpikir ulang, untuk melakukan berbagai bentuk tindak kekerasan.

Dengan adanya fenomena ini, tingginya kasus kekerasan tidak berdiri sendiri, tetapi ada masalah sistemis sebagai konsekuensi logis dari penerapan sistem hidup yang salah, yang bersifat sekuler liberalistik.

Penerapan sistem sekularisme liberallah yang menjadi biang merebaknya kekerasan, dan memunculkan banyak kerusakan lain di tengah masyarakat. Sistem ekonomi yang lahir darinya terbukti sangat eksploitatif dan memiskinkan.

Masalah ini terjadi karena semua upaya tidak menyentuh akar persoalan. Penyelesaian berputar pada penanganan kasus, tetapi membiarkan sebab utamanya, yaitu tatanan kapitalisme.

Penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang lahir dari asas sekularisme liberalisme, menjadikan sumber-sumber ekonomi hanya dikuasai para pemilik modal sampai kesejahteraan rakyat sulit diwujudkan.

Begitu juga dengan sistem sosial. Relasi manusia dalam masyarakat sekuler liberal hanya dibangun dengan asas manfaat dan kebebasan, bukan asas kemanusiaan, apalagi nilai-nilai ruhiyah dan moral yang memuliakan peradaban.

Akibatnya, hubungan personal menjadi kering dari nilai-nilai kebaikan. Semua diabdikan untuk memuaskan nafsu dan keserakahan. Hingga segala bentuk kerusakan dengan mudah merebak, bahkan menjadi kebiasaan, termasuk kekerasan.

Baca Juga:   Nabil Husein di Borneo FC

Para penguasa yang dininabobokan dengan sistem politik hipokrit, yang mengabdi pada kepentingan pemilik modal. Maka wajar, jika para penguasa hanya sibuk melakukan pencitraan. Tidak peduli apakah rakyat sejahtera ataukah tidak. Dalam keadaan baik atau tidak.

Akibatnya, penguasa tidak peduli bahwa kebijakan-kebijakan yang mereka keluarkan menzalimi rakyat dan memicu stress sosial yang bersifat massal. Mereka tidak peduli bahwa tayangan media massa dan budaya yang mereka biarkan merebak bisa membahayakan moral anak-anak bangsa.

Jika sistem pendidikan yang diterapkan juga tidak mampu membentengi mereka dari kerusakan. Mereka, para penguasa ini, hanya peduli dan bangga dengan capaian-capaian pembangunan fisik semata. Sementara itu, di saat yang sama kebijakan lainnya justru mendekonstruksi peradaban masa depan bangsa.

Sistem Islam

Sistem Islam akan menjamin terpenuhinya pemuasan semua kebutuhan primer setiap individu warga negara. Kebutuhan sekunder juga terpenuhi sesuai kadar kemampuannya yang dituntut kehidupan yang layak. Ini akan mewujudkan jaminan kesejahteraan sekaligus menyelesaikan kemiskinan secara sistemis

Maka, umat membutuhkan perubahan mendasar dan menyeluruh, bukan hanya perubahan parsial dan tambal sulam. Perubahan dimaksud adalah perubahan sistem, dari sistem sekuler yang menafikan peran Sang Pencipta kehidupan kepada sistem Islam.

Hanya sistem Islam yang memiliki seperangkat aturan, yang bersifat preventif dan kuratif sehingga mampu melindungi masyarakat dari segala bentuk tindak kekerasan, dan kejahatan lainnya.

Baca Juga:   Banjir Rob dan Salah Arah Pengelolaan Kawasan

Seperangkat aturan tersebut ada yang menyangkut benteng diri, berupa akidah dan pemahaman hukum syarak yang memungkinkan seseorang memiliki ketahanan ideologis dan tercegah dari perbuatan kriminal, baik sebagai pelaku maupun korban.

Sistem Islam berfungsi sebagai benteng umat, berupa sistem ekonomi dan sosial, sistem politik dan hukum, serta sistem-sistem lainnya yang mencegah kerusakan, menjamin ketentraman hidup dan menyejahterakan.

Perlindungan hakiki terhadap anak dan perempuan hanya akan diperoleh ketika syariat Islam diterapkan secara kafah. Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan rakyatnya, termasuk anak-anak dan perempuan, sehingga dapat hidup aman, tumbuh dan berkembang sempurna.

Rasulullah saw. bersabda, “Hendaknya kamu bersikap lemah lembut, kasih sayang, dan hindarilah sikap keras dan keji.” (HR Bukhari)

Islam juga menetapkan adanya keimanan kepada Allah dan Hari Akhir sehingga setiap individu menyadari adanya pertanggungjawaban kepada Allah. Dengan ketakwaan yang kuat, semua individu akan senantiasa memberikan perlindungan terbaik untuk anak-anak dan perempuan.

Ketakwaan ini juga yang membuat penguasa membuat dan menerapkan aturan yang memastikan semua anak dan perempuan terhindar dari segala bentuk kekerasan, serta melindungi dari berbagai ancaman. Maka, penerapan sistem Islam adalah jaminan perlindungan anak secara hakiki dalam kehidupan.

Wallahualam.

Most Popular