spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pendidikan Sekuler, Bom Waktu Hancurnya Peradaban

Oleh : Asna Abdullah

“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.’’ Ir Soekarno.

Ungkapan di atas memang benar adanya, karena pemuda adalah generasi agen perubahan, penerus peradaban, di pundak generasi lah berlangsung estafet kepemimpinan menuju kesuksesan sebuah peradaban yang mampu mengguncang dunia.

Namun apa yang terjadi ke depannya jika generasi hari ini mengalami dekadensi moral, rusak cara berfikirnya, rusak adabnya, bermental illness? Maka bisa dipastikan rusak dan hancur pulalah sebuah peradaban.

Kriminalitas remaja (yang awalnya berupa kenakalan remaja) sudah menjadi peristiwa yang hampir setiap hari disuguhkan oleh media, mulai dari tawuran, kasus narkoba, bullying perundungan, sex bebas di kalangan remaja, melawan orangtua dan guru, sampai perlakuan kekerasan dan perlakuan tak hormat. Beberapa bulan ini berita tentang kekerasan anak dan remaja massif diberitakan.

Seorang remaja berinisial MA, usia 20 tahun melakukan aksi penganiayaan terhadap temannya karena dendam pernah dikeroyok beberapa waktu lalu. Aksi MA dilakukan di Lapangan Voli Kampung Baru, Kelurahan Berebas Tengah, Kecamatan Bontang Selatan, Bontang – Kaltim, Jumat (25/11/2022) sekira pukul 01.30 Wita.

Menurut keterangan Kapolres Bontang AKBP Yusep Dwi Prasetiya, melalui Kasat Reskrim Iptu Bonar Hutapea, dugaan sementara motif penganiayaan tersebut karena balas dendam tersangka karena dikeroyok oleh korban dan teman-temannya. (KITAMUDAMEDIA, Bontang).

Di Berau Kalimantan Timur Sebanyak 6 remaja pembobol sekolah ditangkap polisi. Mereka membobol dua sekolah berbeda dan menggasak laptop hingga uang tunai senilai Rp. 135 juta. Keenam pelaku masing-masing berinisial DW 18 tahun, NB 16 tahun, DN 17 tahun, FS 21 tahun, ME 15 tahun, dan NT 15 tahun. (detik.com/sulsel/).

Di lembaga pendidikan yang berbeda di Samarinda, usai pelajaran olahraga seorang pelajar remaja ngamuk dengan membawa parang panjang ke sekolahnya, berkeliling sekolah sambil teriak memanggil nama guru olahraganya. (toraja.tribunnews.com)

Baca Juga:   Senyum Terakhir, Cerpen: Muthi’ Masfu’ah

Yang lebih menyedihkan dan membuat kita mengelus dada adalah kejadian di lembaga pendidikan yang lain di samarinda, seorang santri meregang nyawa usai dihajar seniornya hanya karena uang Rp 200 ribu. (www.niaga.asia.com)

Ada apa ini, mengapa kriminalitas remaja kian hari kian marak terjadi, adakah ini menandakan bahwa di dunia pendidikan dan lingkungan sosial remaja telah terjadi permasalahan besar?

Kekerasan Remaja Buah Pendidikan Sekuler

Maraknya kasus kriminalitas remaja yang tidak berujung ini seolah menjadi bom waktu yang mengkhawatirkan bagi kelanjutan kehidupan akan datang.  Menyikapi ini maka pemerintah mengambil langkah untuk menjadikan pendidikan karakter sebagai program prioritas, harapannya agar anak bangsa mempunyai karakter pancasila, yakni jadi anak yang religius, nasionalis, integritas, mandiri, gotong royong.

Namun program ini menemui kebuntuannya, karena pada prakteknya jauh panggang dari api, bagaimana mungkin mencetak anak yang religius jika di sekolah pelajaran agama sangat minim hanya diberi porsi 10%. Menjauhkan pelajaran agama dari pendidikan nasional juga nampak dalam Peta Jalan Pendidikan 2020-2035, di sana kata agama dihilangkan.

Aroma kapitalistik di dunia pendidikan saat ini sangat begitu nyata. Output pendidikan bukan lagi demi membentuk kepribadian Islam tapi hanya berorientasi pada prestasi akademik dan lapangan kerja.

Kurikulumnya memang didesain untuk mempersiapkan generasi masuk dunia kerja, walhasil fokusnya hanya mencari materi semata, tidak perduli halal haram.

Belum lagi kemiskinan sistemik menjadikan generasi menghadapi tekanan hidup yang luar biasa, kurang kasih sayang dari orangtua yang terpaksa harus bekerja keras demi meraih pundi pundi rupiah untuk bertahan hidup, tak jarang ibupun turut andil untuk membantu perekonomian keluarga, pada akhirnya ini berujung pada generasi yang sibuk memenuhi kebutuhannya sendiri atau untuk mencari bahagianya sendiri dengan mengalihkan ke narkoba, miras, tawuran dan yang lain.

Baca Juga:   Booming Hamil di Luar Nikah, Buah dari Sekularisme Liberal

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem mengungkapkan “kita akan membuat terobosan yang signifikan dalam pengembangan SDM, SDM siap kerja, siap berusaha, yang link dan matched antara pendidikan dan industri (kumparan.com, 23/10/2019).

Ungkapan Nadiem Makariem tersebut seakan mempertegas bahwa arah pendidikan hari ini bertujuan hanya untuk kepentingan materi, dan tidak untuk menghasilkan generasi cemerlang dan mulia.

Harus disadari oleh semua pihak bahwa banyaknya kasus kekerasan di kalangan remaja adalah karena dijauhkannya agama Islam dari kehidupan mereka. Masyarakat terus ditakut-takuti dengan isu ‘Islam radikal’ di kalangan remaja. Padahal banyak pelajar yang mereka tuding terpapar radikalisme adalah mereka yang taat beribadah dan berakhlak mulia, bahkan banyak yang berprestasi.

Sementara itu, sebagian remaja yang lain terbiasa dengan kata-kata umpatan dan kasar, melawan orang tua dan guru, serta melakukan perundungan.

Sekularisme juga semakin masif di dunia pendidikan. Sistem pendidikan hanya mementingkan prestasi akademik dan berorientasi pada lapangan kerja, bukan demi membentuk kepribadian Islam. Pelajaran agama di sekolah dan di kampus amat minim. Itu pun hanya diajarkan dalam bentuk hafalan untuk mengejar target kurikulum dan ujian kenaikan kelas.

Sistem Pendidikan Islam

Berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang menjadikan akidah Islam/keimanan sebagai dasar pendidikan. Dalam sistem pendidikan Islam, kepada para pelajar ditanamkan keimanan kepada Allah Swt. dan ketaatan pada ajaran Islam. Dengan begitu, setiap ilmu yang dipelajari menjadikan mereka semakin beriman dan bertakwa.

Membentuk kepribadian Islam (syakhshiyyah islamiah) adalah tujuan pendidikan. Remaja diarahkan menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan beragam untuk berkontribusi bagi umat.

Remaja dibentuk pola pikir dan pola sikapnya agar senantiasa selaras dengan Islam. Untuk itu, pengajaran Islam diberikan kepada mereka agar menjadi petunjuk kehidupan yang praktis.

Negara, Penjamin Utama agar Remaja Aman dari Perilaku Kekerasan

Baca Juga:   Mengadopsi Spirit Doll, Bolehkah?

Tidak hanya sistem pendidikan yang harus dibenahi oleh negara. Namun, juga segala informasi yang beredar di masyarakat tidak boleh ada yang mempertontonkan perilaku kekerasan sebagai perbuatan biasa.

Negara harus berani memblokir media yang menyajikan berbagai tayangan yang tidak mendidik dan tidak mencerdaskan masyarakat, apalagi sampai menjadi jalan bagi semua perilaku maksiat. Sebab tidak ada kebaikan sedikit pun pada setiap perbuatan yang melanggar syariat.

Begitu pula dalam sistem pergaulan, interaksi antar anggota masyarakat harus dijaga agar tidak ada perbuatan yang dapat membahayakan mereka. Juga sistem ekonomi, harus dapat menjamin terpenuhinya seluruh kebutuhan orang per orang dengan cara yang mudah dan makruf. Hal ini akan menutup celah bagi orang untuk berpikir pendek dengan melakukan tindakan kekerasan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Selanjutnya adalah sistem sanksi yang tegas sehingga membuat orang berpikir seribu kali jika melakukan tindak kekerasan yang sama serta benar-benar membuat jera pelakunya.

Semua ini hanya ada pada negara yang menerapkan Islam di seluruh sistem kehidupan, tidak pada negara demokrasi yang justru menjauhkan Islam dari kehidupan manusia. Dan negara yang seperti ini hanya negara Khilafah Islamiah yang akan tegak kembali sesuai dengan janji Allah Swt..

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Akan tetapi, barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS An-Nur : 55). [MNews/Rgl]. (*)

Most Popular