spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Peserta Non Muslim Ikut Khitanan Massal, Begini Alasannya

BONTANG – Jarum jam menunjukkan pukul 09.30 Wita. Ahad (17/12/2022) menjelang siang, sinar matahari tidak terlalu terik. Awan mendung masih menutupi langit.

Masjid Fathul Khoir sudah dipenuhi peserta khitanan massal. Ditemani orangtuanya, rata-rata peserta berusia 6 – 12 tahun. Sebagian berkumpul di dalam masjid menunggu antrean. Sebagian lagi sudah melangsungkan khitan, di ruangan kelas Taman Pendidikan AlQuran (TPA) Masjid Fathul Khoir yang letaknya bersebelahan dengan bangunan masjid.

Di dalam masjid tampak wanita muda memandu games. Trik panitia menghilangkan rasa takut anak terhadap khitan, dan rasa bosan menunggu giliran.

Wanita muda bergamis merah itu sesekali bertanya beberapa pertanyaan terkait Islam. Sesekali mengajak menghapal surat-surat pendek di AlQuran. Memberikan hadiah bagi yang mampu menjawab atau menghapal.

Sementara para orangtua pendamping menunggu di selasar masjid. Baik orangtua laki-laki maupun perempuan tampak memenuhi selasar. Saling bercengkrama dengan para orangtua lainnya sembari menunggu anaknya dipanggil.

“Khitanan massal ini diadakan Yayasan Masjid Fathul Khoir. Peserta sudah datang mengantre sejak pukul 07.00 pagi,” ujar Sobirin, Ketua Dewan Pembina Yayasan Masjid Fathul Khoir.

Baca Juga:   Aspian Nur Resmi Dilantik Jadi Kepala DPMPTSP

Di sebelah masjid, teriakan anak-anak yang dikhitan terdengar sahut menyahut. Tak sedikit pula yang menangis. Para orangtua pendamping pun sibuk menenangkan sang buah hati.

Di tengah hilir mudik anak dan orangtua peserta khitan, tampak wanita berpenampilan beda dari kebanyakan yang datang. Wanita paruh baya itu tak mengenakan hijab, atribut wajib bagi seorang wanita muslim. Hanya mengenakan setelan baju panjang sampai di bawah lutut warna biru dan kuning. Dipadukan celana panjang, serta masker berwarna hitam.

“Total peserta kami mencapai 157 anak. Ada 6 anak peserta khitan yang non-muslim,” ucap Sobirin.

Rindang Sitompul nama wanita itu. Terlihat bingung dan sedikit grogi menghadapi pertanyaan awak media. “Bingung saya jawabnya. Jangan lama–lama nanyanya ya,” ujar Rindang sembari tertawa kecil.

Sementara orangtua peserta khitan non-muslim lainnya berusaha menjauh. Tak ingin diwawancara. Rindang mengaku antusias, mengikuti khitan yang diadakan yayasan masjid di dalam Perumahan Bukit Sekatup Damai (BSD) ini. Walaupun dirinya non-muslim, namun sudah memahami tentang manfaat berkhitan bagi anak laki-lakinya yang bernama Brylian.

Baca Juga:   Produksi Gas Lapangan Merakes Melonjak, Kilang LNG Bontang Bangkit Lagi?

“Kalau kami (non-muslim) yang di kota-kota sudah banyak paham, khitan baik untuk kesehatan. Biasanya yang di desa-desa masih banyak belum paham,” ungkap wanita domisili Kampung Baru itu.

Selain masalah kesehatan, alasannya ikut khitan karena faktor biaya. Lantaran apabila ingin khitan di puskesmas atau dokter, dirinya harus merogoh kocek cukup dalam.

“Saya sudah cari info biaya khitan. Di puskesmas sekitar Rp 600 ribu. Kalau di dokter bisa Rp 1-2 juta. Tak mampu saya,” keluh wanita berstatus single parent tersebut.

Rindang mengaku bersyukur, bisa mengikutkan anaknya yang duduk di kelas 6 SD khitan kali ini. Pasalnya, banyak kendala yang dihadapinya. Seperti tidak ada yang mengantar untuk pergi mendaftar ke masjid, karena tidak bisa mengendarai sepeda motor. Sempat ditolak juga karena kuota sudah penuh.

Sekali lagi dirinya bersyukur karena panitia mengubah kebijakan di masa akhir pendaftaran. Dengan menambah kuota. “Ini berarti rezeki saya,” kata Rindang semringah.

“Kami terima peserta non-muslim sebagai syiar, bahwa Islam itu Rahmatan lil Aalamiin. Islam itu membawa manfaat bagi semua manusia,” ujar Sobirin. (al)

Baca Juga:   Wali Kota Basri Dukung Bontang Jadi Tuan Rumah Porda Perpamsi

Most Popular