spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pacu Dekarbonisasi di Industri Pupuk, PKT Targetkan Tekan Emisi Karbon hingga 38% di 2040

Raih Penghargaan Tertinggi dalam Transparansi Emisi Korporasi Tahun 2022

JAKARTA – Peran dan inovasi pelaku industri dalam mengurangi emisi karbon semakin krusial dalam mendukung tercapainya Net Zero Emission pada 2060. Peranan tersebut ditindaklanjuti oleh komitmen perusahaan BUMN dalam program Dekarbonisasi BUMN, yang menargetkan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) berbasis National Determined Contribution (NDC) hingga 29% pada 2030 mendatang.

Sebagai salah satu bagian dari Pupuk Indonesia Group, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) juga berkomitmen melakukan penurunan emisi dan berkontribusi pada pencapaian Dekarbonisasi BUMN. Lewat beragam inisiatif strategis yang telah dan akan dijalankan perusahaan, PKT menargetkan dapat mengurangi emisi karbon hingga 38% di tahun 2040.

Hanggara Patrianta Direktur Operasi dan Produksi PKT memaparkan bahwa saat ini, pelaku industri semakin dituntut untuk mampu menerapkan proses produksi yang lebih hijau. “Sebagai produsen pupuk, PKT juga telah berorientasi untuk terus menekan gas emisi dari hasil produksi dan berinovasi untuk meningkatkan efisiensi energi. Hal tersebut telah menjadi fokus kami yang tertuang dalam roadmap perusahaan 40 tahun ke depan berbasis energi terbarukan. Melalui berbagai inovasi yang telah dan akan diterapkan, kami juga siap memimpin transformasi industri petrokimia menjadi industri energi terbarukan yang lebih hijau,” bebernya.

Baca Juga:   Target Rampungkan 200 Sertifikat Tanah di Tahun 2023

Melalui berbagai inisiatif strategis yang sebelumnya telah dilakukan, PKT berhasil melakukan dekarbonisasi di lingkungan operasional perusahaan, hingga sekitar 16% pada tahun 2021. Lebih lanjut, kedepannya perusahaan menargetkan penurunan gas emisi rumah kaca hingga 1,6 juta ton per tahunnya.

Berbagai inovasi dekarbonisasi yang dinilai dapat berkontribusi pada penurunan emisi karbon perusahaan, di antaranya:

  1. Efisiensi pabrik guna menekan gas buangan, dengan melakukan penghematan pemakaian gas alam diantaranya melalui revamping pabrik ammonia.
  2. Pengembangan bisnis dan teknologi baru, yang difokuskan pada penyerapan karbondioksida (CO2) untuk digunakan sebagai bahan baku produk lainnya serta mensubstitusi bahan baku gas alam dengan hidrogen berbasis EBT untuk menghasilkan Green Ammonia.
  3. Substitusi bahan baku/energi berbasis fosil dengan energi baru dan terbarukan, yang diantaranya dilakukan dengan menghadirkan PLTS guna memasok kebutuhan listrik perkantoran dan fasilitas pendukung di PKT.
  4. Pendekatan biologi, yang mampu mengurangi emisi gas secara alami melalui tanaman hayati yang mampu menyerap karbon, seperti Mangrove yang mampu menyerap karbon dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan ekosistem hutan terestrial.
Baca Juga:   Daftar Pemenang BCC dan Pawai Budaya 2023

Selain berhasil menekan emisi karbon perusahaan, komitmen PKT dalam melakukan dekarbonisasi juga mendapat pengakuan di industri. Pada 2022 ini, PKT meraih penghargaan Transparansi Emisi Korporasi 2022 yang diberikan oleh Bumi Global Karbon (BGK) Foundation dan Majalah Investor.

Kali ini PKT berhasil memperoleh penghargaan tertinggi, Platinum Plus, yang tidak hanya menunjukkan capaian positif perusahaan dalam menekan gas buangan, tetapi juga menunjukkan transparansi perusahaan yang terangkum dalam sustainability report.

Para peraih penghargaan Platinum Plus dinilai mampu memberikan informasi akurat dan terukur akan jumlah emisi buangan dan penurunan Gas Rumah Kaca (GRK), serta memperoleh verifikasi dari pihak independen.

“Penghargaan ini menjadi semangat bagi perusahaan untuk terus menjadi pelaku industri petrokimia yang terdepan dalam menjaga keseimbangan bisnis dan lingkungan. Kami percaya, melalui praktik produksi yang lebih berkelanjutan, akan berdampak pada praktik bisnis perusahaan yang juga berkelanjutan. PKT juga akan terus berkomitmen untuk terbuka dan transparan dalam hal emisi karbon, yang selama ini telah kami lakukan melalui sustainability report yang dirilis setiap tahunnya,” tutup Hanggara. (adv)

Baca Juga:   Dua Warga Bonles Hampir Baku Parang, Cuma Masalah Sepele

Most Popular