spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

FMB Gelar Diskusi Tokoh, Paparkan Solusi Islam Masalah HIV/Aids

BONTANG – Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia, hingga Juni 2022 total pengidap HIV yang tersebar di seluruh provinsi mencapai 519.158 orang. Sementara di Bontang sendiri, kasus HIV masih tergolong tinggi. Tercatat sepanjang 2022, ada 77 warga Bontang yang terpapar HIV Virus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bontang mengatakan, penularan HIV dilatari perilaku seks bebas di luar pernikahan. Adapun sebaran terbanyak didominasi usia 24 hingga 50 tahun. Penularan didominasi kalangan ibu rumah tangga (IRT).

Hal itu terungkap dalam Diskusi Tokoh Lintas Komunitas bertajuk ‘Ibu dan anak terinveksi HIV/Aids, buah rusaknya liberalisme, solusinya?.’ Diskusi tersebut diadakan Forum Muslimah Bontang (FMB), Sabtu (11/2/2023) di Rumah Boga Resto, Jalan Brigjend Katamso.

Narasumber pertama, Konselor HIV/AIDS dari Puskesmas Bontang Selatan (BS) 2, dr. Ruri memaparkan, bagaimana cara kerja virus HIV menular berikut ciri-ciri orang yang terjangkit serta cara penanganannya.

Ia mengimbau agar menerapkan pola hidup sehat. Mengetahui bagaimana virus menular melalui cairan air mani, darah, ASI dan otak.

Baca Juga:   Dasuki: Semua OPD Terlibat dalam Membangun SPBE

“Jangan takut dengan penderita. Beri dukungan kepada penderita HIV dengan cara tidak mengucilkan mereka,” saran dr Riri di sela-sela pemaparannya.

Sementara itu, narasumber kedua Ustazah Dian Eliasari S.Kesmas memaparkan solusi permasalahan HIV/Aids ini dari sudut pandang Islam secara menyeluruh.

Menurutnya, angka penderita HIV/AIDS atau ODHA tidak akan menurun atau bahkan dihilangkan, tanpa melihat permasalahan secara keseluruhan. Langkah pihak terkait untuk menangani masalah ini sudah cukup banyak, namun angka penderita tetap bertambah.

Hari ini perbuatan manusia diatur berdasarkan nilai-nilai kebebasan (Liberalisme). Kebebasan ini dijamin dalam Hak Asasi Manusia (HAM). HAM lahir dari pemikiran orang barat (John Lock) sejak tahun 1950.

“Konsep kebebasan ini adalah buah dari ditinggalkannya aturan agama, dan menjadikan akal manusia sebagai penentu segala sesuatu termasuk halal dan haram (sekularisme),” ujar Ustazah Dian.

Selama sekularisme menjadi landasan kehidupan, infeksi HIV/AIDS mustahil diberantas. Sekularisme justru membuka peluang penularan infeksi HIV/AIDS ini.

“Target dunia bebas HIV/AIDS di tahun 2030 ‘Three Zero HIV/AIDS 2030′ akan jauh dari harapan,” tegasnya.

Baca Juga:   ATB Gelar Kopdar, Wali Kota: Tingkatkan Hubungan Baik dengan Pemkot!

Ia menggambarkan bagaimana Islam mengatasi HIV/AIDS dengan tindakan preventif dan kuratif.

Dikatakannya, Islam sangat menjaga kehormatan dan pergaulan antara pria dan wanita. Islam berupaya menutup pintu pergaulan bebas sekaligus mencegah HIV/AIDS. caranya:

  1. Kewajiban menutup aurat bagi wanita dan laki-laki yang sudah baligh (An-Nur: 31 & Al-Ahzab: 59).
  2. Pemisahan tempat tidur antara anak laki-laki dan perempuan ketika sudah berusia 7 tahun.
  3. Siapa saja yang boleh melihat aurat wanita (An-Nur: 31).
  4. Aturan tentang tempat khusus dan tempat umum bagi wanita.
  5. Larangan mendekati zina (Al-Isra: 32).
  6. Interaksi antara laki-laki dan perempuan yang diperbolehkan.
  7. Perintah untuk menjaga pandangan.
  8. Anjuran menikah bagi yang sudah siap.

Jikalau perzinaan itu benar-benar terjadi, maka negara akan memberikan  sanksi, yaitu sanksi jilid bagi pelaku yang belum menikah dan sanksi rajam bagi yang sudah menikah.

Itu masih sebagian cara Islam mencegahan perzinahan. Masih banyak ragam cara lainnya.

Ustazah Dian pun memberikan tips membentengi diri, keluarga, dan masyarakat dari bahaya paham sekulerisme liberal. Yaitu dengan mengkaji Islam menyeluruh, mengamalkan Islam di kehidupan sehari-hari, dan turut berdakwah jamaah dengan thoriqoh dakwah Rasulullah Saw.

Baca Juga:   RSUD Dianggap Akan Cetak Pengangguran Baru

“Agar dapat membangun kesadaran politik Islam di tengah umat, sehingga bisa kembali menerapkan Islam kaffah dalam bingkai khilafah,” pungkasnya. (rls)

 

Most Popular